Sunday, July 10, 2016

CONTOH MAKALAH AKHLAK

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akhlak merupakan sifat yang tumbuh dan menyatu di dalam diri seseorang. Dari sifat yang ada itulah terpancar sikap dan tingkah laku perbuatan seseorang, seperti sifat sabar, kasih sayang, atau malah sebaliknya pemarah, benci karena dendam, iri dan dengki, sehingga memutuskan hubungan silaturahmi.
Akhlak yang baik dan mulia akan mengantarkan kedudukan seseorang pada posisi yang terhormat dan tinggi. Atas dasar itulah kami menyusun makalah ini, agar kita semua sebagai makhluk Allah, tidak tersesat dalam menjalani hidup, dan dapat menjadikan Rasulullah sebagai idola kita, karena sesungguhanya pada diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik bagi kita.
B. Tujuan
Penulisan makalah ini, dimaksudkan untuk menginformasikan kepada pembaca, apa itu akhlak sesama manusia, apa dan bagaimana akhlak yang sebenarnya diajarkan islam, demi terciptanya kehidupan yang islami menuju keridhoan Allah.










BAB II
PEMBAHASAN MASALAH

A. PENGERTIAN
Akhlak Kepada Sesama Manusia menurut bahasa :
Perkataan akhlak berasal dari kata (al-akhlaaku) yaitu kata jama dari kata (al-khuluqu) berarti tabiat, kelakuan, perangai, tingkah laku, adat kebiasaan, malah ia juga berarti agama itu sendiri. Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berakhlak agung. (Al-Qalam:4). Sementara perkataan (al-khalqu) berarti kejadian, ciptaan, dan juga bermaksud kejadian yang indah dan baik. Apabila dirujuk kepada kejadian manusia, ia bermaksud struktur tubuh badannya yang indah dan seimbang. Jika dirujuk kepada kejadian alam semesta, ia juga membawa arti kejadian atau ciptaan yang indah, tersusun rapi, menurut undang-undang yang tepat.
Menurut istilah :
Definisi akhlak menurut istilah ialah sifat yang tertanam di dalam diri yang dapat mengeluarkan sesuatu perbuatan dengan senang dan mudah tanpa pemikiran, penelitian dan paksaan.
Para ulama ilmu akhlak memberikan pandanganya sebagai berikut :
Ibnu Maskawaih : ahli falsafah Islam yang terkenal, menjelaskan akhlak itu sebagai keadaan jiwa yang mendorong ke arah melahirkan perbuatan tanpa pemikiran dan penelitian.
Imam Ghazali : akhlak ialah suatu keadaan yang tertanam di dalam jiwa yang menampilkan perbuatan-perbuatan dengan senang tanpa memerlukan pemikiran dan penelitian. Apabila perbuatan yang keluar itu baik dan terpuji menurut syara dan aqal, perbuatan itu dinamakan akhlak yang mulia. Sebaliknya apabila keluar perbuatan yang buruk, ia dinamakan akhlak yang buruk.
Al-Qurthuby : suatu perbuatan manusia yang bersumber dari adab kesopanannya itu disebut akhlak, karena perbuatan itu termasuk bagian dari kejadiannya.
Jadi akhlak atau budi pekerti itu ialah tabiat, kebiasaan, atau perangai-perangai yang menertibkan amal usaha dengan mudah, tingkah laku, tutur kata, sikap dan kelakuan. Jika perangai itu mulia, maka terbitlah dari padanya amal kebajikan tingkah laku yang sopan, tutur kata yang bagus dan sikap kelakuan yang menyenangkan. Akhlak yang baik itu hendaklah dipupuk dan dipelihara sehingga sehati dengan diri kita, agar dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Masyarakat dan bangsa yang memiliki akhlak mulia adalah penggerak ke arah pembinaan kejayaan yang diridhoi Allah. Seperti pepatah seorang penyair Mesir, Syauqi Bei : “Hanya saja bangsa itu kekal selama berakhlak, bila akhlaknya telah lenyap, maka lenyap pulalah bangsa itu”.
Dalam kehidupan manusia, akhlak itu diumpamakan seperti bunga dalam sebuah taman. Bagaimanapun luas dan indahnya sebuah taman, tetapi kalau tidak dihiasi dengan bunga-bungaan, maka taman itu tidak jauh berbeda seperti tanah perkuburan. Sebagai contoh, seorang yang mempunyai badan yang sehat, perawakan yang gagah, tampan, menarik, berilmu, kaya bahkan berpangkat, tetapi jika ia mempunyai akhlak yang tercela dan perangai yang jahat, tidak ubahnya seperti wajah yang cantik, tetapi di pipinya terguris memanjang tanda bekas luka, kesan itulah yang menjatuhkan nilai-nilai yang asli.
B. AKHLAK YANG AGUNG
Bagi seorang Muslim, akhlak yang terbaik ialah seperti yang terdapat pada diri Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam, karena sifat-sifat dan perangai yang terdapat pada dirinya adalah sifat-sifat yang terpuji dan merupakan uswah hasanah. Yaitu contoh tauladan terbaik bagi seluruh kaum Muslimin. Allah subhaanahu wa taaala sendiri memuji akhlak Nabi Muhammad sallallahu alaihi wasallam di dalam Al-Quran sebagaimana firmanNya:
“Dan sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berakhlak agung”. (Al-Qalam:4):
Ahklak yang mulia atau yang hina, adalah terbit dari jiwa dan hati manusia itu sendiri. Sebagaimana hadis riwayat Imam al-Bukhori, Rasulullah SAW bersabda :
“Sesungguhnya dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging, apabila ia baik, baik pulalah seluruh badannya. Tetapi bila ia buruk (rusak), buruk pulalah seluruh badannya. Ingatlah, ia adalah hati (jiwa)”
Hadis ini menjelaskan hanya jiwa itu sendiri saja yang menjadi pendorong untuk menggerak perbuatan yang baik ataupun yang tercela, karena hati itu merupakan pusat yang menyebabkan terjadinya sesuatu kelakuan, perbuatan atau tindakan tingkah laku. Jika jiwanya baik, pastilah amalan dan tindakan yang dilahirkannya itu terpuji, demikian pula apabila jiwa itu jahat, tindakan kelakuan yang timbul itu pun hina dan tercela.
Oleh karena itu, untuk menciptakan sebuah akhlak, sikap, tindakan dan tingkah laku seorang itu terpuji atau tercela, Islam telah memberikan kepada kita, sebuah sumber dan pedoman hidup yang tetap benar dan mulia, yaitu wahyu Allah SWT sebagaimana yang tercantum dalam kitab suci al-Quran, dan sunnah Nabi Muhammad SAW melalui perkataan, perbuatan, dan pengakuan baginda. Kedua sumber inilah yang menentukan satu tingkah laku moral atau akhlak yang kekal, universal, tetap terus menerus benar, baik, mulia sepanjang masa, dalam semua keadaan masa dan tempat.
Al-Quran adalah wahyu dari Allah SWT yang mengandung petunjuk, pembimbing, dan pembeda antara yang hak dan yang batil. Maka wajiblah bagi kita untuk berpedoman kepada al-Quran, bukan sekedar untuk muslim, tetapi untuk sekalian makhluk yang mengakui dirinya manusia.
C. AKHLAK MAHMUDAH
Yaitu akhlak yang terpuji, yang berupa semua akhlak yang baik-baik, yang harus dimiliki setiap orang, terhadap Allah, sesama manusia, dan makhluk yang lain. Para ulama akhlak mengatakan, akhlak yang baik merupakan sifat para nabi dan orang-orang siddiq.
1. Jujur
Sifat jujur merupakan induk dari sifat-sifat baik yang lain, yang membawa kepada orang untuk berbuat kebaikan. Karena itu Rasulullah menyebutkan benar atau jujur ini sebagai semacam “kunci” masuk surga. Kebenaran dan kejujuran adalah sendi yang terpenting bagi tegaknya masyarakat. Tanpa kebenaran akan hancurlah masyarakat, sebab hanya dengan kebenaran maka dapat tercipta adanya saling pengertian satu sama lain dalam masyarakat, dan tanpa adanya saling pengertian tidak mungkin terjadi tolong-menolong.
Rasulullah besabda :
“Wajib kepadamu berlaku benar, karena sesungguhnya kebenaran itu membawa kepada kebaikan, dan kebaikan itu membawa ke surga. Seorang tiada henti-hentinya berkata dan berlaku benar dan mengusahakan sungguh-sungguh akan kebenaran, sehingga dicatat ia di sisi Allah sebagai seorang siddiq. (Riwayat Bukhori)
“Empat perkara apabila ada padamu, tidak akan merugikan lepasnya segala sesuatu dari dunia dari padamu, yaitu memelihara amanat, tutur kata yang benar, akhlak yang yang baik, dan bersih dari tamak. (Riwayat Ahmad)
2. Ikhlas
Arti ikhlas ialah murni, atau bersih (tidak ada campuran). Maksudnya adalah bersihnya sesuatu perbuatan dari campuran-campuran niat yang selain Allah, seperti ingin dipuji orang, ingin mendapat nama, dan lain sebagainya. Jadi sesuatu pekerjaan dapat dikatakan ikhlas, kalau pekerjaan itu dilakukan semata-mata karena Allah saja, mengharap ridhoNya, dan pahalaNya.
Rasulullah besabda :
”Allah tidak menerima amal, kecuali amal yang dikerjakan dengan ikhlas karena Allah, dan dimaksudkan untuk mencari keridhoanNya”.(Riwayat Ibnu Majah)

3. Qona’ah
Sifat ini artinya, menerima dengan (hati) rela dengan apa yang ada, atau merasa cukup dengan apa yang dimiliki. Sifat ini bukan berarti mengajarkan kemalasan kepada manusia sehingga tidak mau berikhtiar, tetapi sifat ini bersangkutan dengan sikap hati/mental dalam menghadapi apa yang kita miliki, atau dalam menghadapi apa yang sedang menimpa diri kita. Maka beruntunglah orang yang hatinya telah mencapai qona’ah.
Rasulullah bersabda :
“Berbahagialah barangsiapa yang mendapat petunjuk untuk masuk islam, sedang keadaan hidupnya sederhana, tetapi qona’ah”. (Riwayat Tirmidzi).
“Qona’ah itu adalah harta yang tidak bisa hilang dan simpanan yang akan lenyap”. (Riwayat Tabrani).
Masih banyak lagi, sifat-sifat terpuji yang harus kita miliki dan kita aplikasikan dalam kehidupan, karena Allah telah menyerukan kepada kita untuk berbuat kebajikan di muka bumi ini.

D. AKHLAK MADZMUMAH
Yaitu akhlak / perbuatan buruk yang dilakukan kepada Allah, sesama manusia, dan makhluk-makhluk yang lain. Akhlak ini harus dihindari dan dijauhi oleh setiap orang, karena menurut para ulama, akhlak yang buruk merupakan sifat syaitan dan orang-orang yang tercela.
1. Dusta
Ialah pernyataan tentang sesuatu hal yang tidak cocok dengan keadaan yang sesungguhnya. Dalam pandangan agama, dusta adalah suatu hal yang sangat terkutuk dan tercela. Dan bahayanya ketika orang telah berdusta adalah, ia tidak akan mendapat keprcayaan dari orang lain, walau perkataannya itu benar.
Rasulullah bersabda :
“… peliharalah lidahmu dari dusta, karena sesungguhnya dusta itu membawa kepada kecurangan, dan kecurangan membawa ke neraka… “.(Riwayat Bukhori)
2. Takabur
Sifat ini berarti merasa/mengaku dirinya paling besar, tinggi atau mulia, yang intinya melebihi orang lain. Takabur ada tiga macam, yang pertama adalah takabur kepada Allah, yaitu sikap tidak mau memperdulikan ajaran-ajaran Allah, kedua adalah takabur kepada Rasul, yaitu merasa rendah bila dirinya mengikuti dan mematuhi Rasul tersebut, takabur kepada Rasul sama hukumnya dengan takabur kepada Allah, dan yang ketiga adalah takabur sesama manusia, perasaan sombong, bahwa dirinya paling hebat diantara yang lain.
Rasulullah bersabda :
“Tidak dapat masuk surga, orang yang di dalam hatinya ada terselip sedikit saja takabur. (Riwayat Muslim).
3. Dengki
Adalah rasa atau sikap tidak senang atas kenikmatan yang diperoleh orang lain, berusaha untuk menghilangkan kenikmatan itu dari orang tersebut, baik dengan maksud kenikmatan itu berpindah ke tangannya atau tidak.
Rasulullah bersabda :
“Jauhkanlah dirimu dari dengki, karena sesungguhnya dengki itu memakan kebajikan-kebajikan seperti halnya api memakan kayu”. (Riwayat Abu Daud).
Namun Rasulullah menyebutkan, ada dua bentuk kedengkian yang dihalalkan yaitu :
Dengki (iri hati) kepada orang yang alim tentang Al-Quran, yang ilmu-ilmunya itu diamalkan dan dijadikan sebagai pedoman hidupnya siang dan malam.
 Dengki kepada orang yang kaya, yang kekayaannya dipergunakan untuk amal-amal kebaikan. (Riwayat Bukhori-Muslim). Dan masih banyak lagi sifat-sifat buruk yang harus kita ketahui dan harus kita hindari dalam melaksanakan hidup, demi menuju keridhoan Allah.

E. AKHLAK DALAM BERKEHIDUPAN
1. Akhlak Bersahabat
Bersahabat merupakan nikmat Allah yang diberikan kepada umat islam di dunia ini. Bersahabat akan menjadi suatu kenikmatan, apabila didasari atas tujuan karena Allah, dan akan menjadi kebahagiaan apabila diatur dengan akhlak atau kaidah yang datangnya dari Allah SWT dan RasulNya.
Allah berfirman :  
“Dan ingatlah nikmat Allah atas kamu, tatkala kamu bermusuh-musuhan. Kemudian Allah jadikan hati-hati kamu lunak, kemudian atas kenikmatanNya kamu menjadi bersahabat”. (Ali Imron : 103).
Kaidah-kaidah bersahabat dalam islam yang ditentukan oleh Al-Quran dan Al-Hadis, diantaranya adalah : rendah hati dan tidak sombong, saling kasih mengasihi, memberi perhatian terhadap keadaan sahabat, selalu membantu keperluan sahabat, menjaga kawan dari gangguan orang lain, memberi nasihat dan kritik, mendamaikan jika berselisih dan doakan dengan kebajikan.
2. Akhlak Bertetangga
Setiap umat islam harus mengetahui bahwa tetangganya mempunyai hak dan kewajiban, oleh karena itu haruslah saling menghargai dalam kehidupan bertetangga, karena saudara kita yang terdekat, adalah tetangga kita sendiri.
Rasulullah bersabda :
“Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari kiamat, maka hendaklah ia selalu menghormati tetangganya”. (Riwayat Bokhori-Muslim)

Allah berfirman :
“Dan berbaktilah kepada Allah SWT : jangan mempersekutukan Dia dengan sesuatu apapun, dan terhadap kedua ibu bapak berbuat baiklah, demikian juga kepada keluarga yang dekat, anak yatim, orang miskin, tetangga yang dekat, tetangga jauh, teman sekehidupan, orang-orang dalam perjalanan dan orang-orang yang menjadi hamba sahayamu, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang congkak dan sombong, baik dalam ucapan maupun dalam perbuatan. (An Nisa : 36)
Akhlak bertetangga dalam islam yang diatur oleh Al-Quran dan Hadis adalah sebagai berikut : tidak boleh menyiksa atau menyakiti, tidak boleh melampaui hak-hak milik, tidak boleh menyebarkan rahasia tetangga, tidak boleh membuat gaduh, saling menasihati, saling tukar hadiah atau pemberian.
3. Akhlak terhadap sesama muslim
Sebagai muslimin dan muslimat yang baik, tidaklah hanya menjalankan kewajiban terhadap agamanya saja yang sebatas menjalankan ritual ibadah kepada Allah SWT, tetapi manusia juga merupakan makhluk sosial yang pastinya akan terjun ke kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, berlaku baiklah terhadap sesama muslim, karena sesungguhnya muslim yang beriman adalah bersaudara.
Rasulullah bersabda :
“Mukmin yang paling sempurna imannya, adalah yang baik akhlaknya di antara mereka”. (Riwayat Abu Daud)
Allah berfirman :
“Sesungguhnya umat yang beriman, satu terhadap yang lainnya adalah bersaudara (kandung), hendaknya selalu diusahakan perdamaian diantara para mereka yang besaudara itu, selalu bertaqwalah kepada Allah, semoga kamu selalu mendapat curahan rahmat dari Allah”. (Al-Hujuraat : 10)
Akhlak dalam berhubungan dengan sesama muslim yang diajarkan oleh syari’at islam adalah sebagai berikut : menghubungkan tali persaudaraan, saling tolong menolong, membina persatuan, waspada dan menjaga keselamatan bersama, berlomba mencapai kebaikan, bersikap adil, tidak boleh mencela atau menghina, tidak boleh tuduh-menuduh, tidak boleh bermarahan, memenuhi janji


BAB III
PENUTUP


A. KESIMPULAN
Akhlak ialah suatu keadaan yang tertanam di dalam jiwa yang menampilkan perbuatan-perbuatan dengan senang tanpa memerlukan pemikiran dan penelitian. Apabila perbuatan yang keluar itu baik dan terpuji menurut syara dan aqal, perbuatan itu dinamakan akhlak yang mulia. Sebaliknya apabila keluar perbuatan yang buruk, ia dinamakan akhlak yang buruk.
Oleh karena itu kita sebagai muslim, haruslah menanamkan sifat-sifat yang baik, agar akhlak yang keluar dari diri kita, merupakan akhlak yang terpuji, yang disukai oleh Allah, dan hanya Rasulullah yang pantas kita jadikan idola dalam kehidupan.


No comments:

Post a Comment