Tuesday, July 12, 2016

PENGERTIAN DAN TERMINOLOGI ESTETIKA


Pengertian dan Terminologi Estetika
                  Estetika merupakan salah satu cabang ilmu filsafat sejak jaman Yunani kuno sampai sekitar pertengahan abad ke 18 yang sering disebut dalam berbagai nama, antara lain filsafat keindahan, filsafat citarasa, filsafat seni dan juga filsafat kritik. Menurut Dick Hartoko dalam bukunya yang berjudul "Manusia dan Seni", Estetika, berasal dari bahasa Yunani yaitu "aesthetis" yang berarti pencerapan, persepsi, pengalaman perasaan atau pemandangan. Kata ini pertama kali dipakai oleh Baumgarten (+1762) seorang filsuf Jerman untuk menunjukkan cabang filsafat yang berhubungan dengan seni dan keindahan.
                 Dalam bahasa Inggris, istilah yang dimunculkan dengan oleh Baumgarten tersebut ditulis dengan "aesthetics" atau "esthetics", sedangkan dalam bahasa Indonesia adalah "estetik" atau "estetika"  yang secara beangsur-angsur menggantikan semua sebutan tentang ilmu yang berhubungan dengan keindahan. Seperti yang diketahui dalam kehidupan sosial membuat sebuah gebrakan baru itu adalah tidak mudah, banyak orang yang menentang karena tidak setuju. Baumgarten pun juga mengalami hal demikian ketika dia memunculkan istilah estetik untuk pertama kalinya. Pada awalnya istilah estetik tidak diterima dengan baik oleh para pemikir dan cendikiawan pada jaman itu. Bahkan banyak yang mengecam bahwa istilah itu adalah istilah yang tidak berguna, namun pada kenyataannya istilah tersebut sekarang sudah menjadi istilah yang berkedudukan kokoh   dan hampir semua orang tahu.
Ruang Lingkup Estetika
               Pada umumnya para filsuf memberikan batasan bahwa estetik adalah salah satu cabang filsafat yang membicarakan tentang keindahan. Louis Kattsof juga memberikan batasan estetik dalam hubungan dengan seiring berkembangnya seni. Batasan yang diberikan oleh Louis Kattsof seperti dalam pernyataan berikut
“The branch of philosophy which concernsitself with the definition, structure, and role of beauty, especially in the arts, is called aesthetics” yang dalam bahasa Indonesia berarti  "Cabang filsafat yang bertalian dengan batasan, rakitan dan peranan keindahan, khusunya dalam seni, di sebut estetik.”
Dalam hal ini Kant juga memberikan perumusan lain bahwa citarasa juga masuk dalam ruang lingkup estetik. Karena citarasa menurutnya Kant diartikan sebagai kemampuan mental untuk menilai sesuatu banda atau gagasan dalam hubungannya dengan kepuasan atau ketidakpuasan tanpa adanya suatu kepentingan apapun. Sedangkan mrnurut William Halverson estetik termasuk dalam non moral valua atau nilai - nilai yang tidak bersifat moral, dan hal apapun yang memiliki keterkaitan dengan seni disebut estetik. Batasan yang diberikan oleh para filsuf adalah berbeda - beda, tetapi batasan - batasan dari para filsuf tersebut jika diperinci meliputi :
1. Keindahan
2. Keindahan dalam alam dan seni
3. Keindahan khusus pada seni
4. Keindahan + seni
5. Seni (segi penciptaan  dan kritik seni serta hubungan dan peranan seni)
6. Citarasa
7. Ukuran nilai baku
8. Keindahan dan kejelekan
9. Nilai non moral (nilai estetis)
10. Benda estetis
11. Pengalaman eatetis

Macam Ragam Estetika
1. Estetik filsafati (philosophical aesthetics)
Estetik filsafati adalah estetik yang menelaah sasaran - sasarannya secara filsafati. Estetik filsafati juga seiring disebut dengan estetik tradisionil. Namun ada juga yang menyebutnya sebagai estetik analitis, karena estetik ini untuk membedakan estetik yang empiris atau dipelajari secara ilmiah.
2. Estetik Ilmiah (scientific aesthetics)
Estetik ilmiah juga sering disebut dengan estetik modern dan tidak lagi merupakan cabang filsafat pada abad 20. Dalam abad ke-19 estetis mengalami perkembangan yang berbeda dari sebelumnya karena pembahasan keindahan secara filsafati sudah dianggap tidak memuaskan karena pengertian keindahan terlalu terbatas dan tidak mencakup seni primitif. Jadi para ilmuwan lebih memilih sasaran yang nyata dalam masyarakat yang dapat dipelajari secara empiris dan ilmiah.
3. Estetik Psikologis (psychilogical aesthetics)
Seiring dengan berkembangnya zaman, estetika juga dipelajari oleh ahli - ahli psikologi dengan menggunakan metode ilmu - ilmu psikologi. Dengan demikian semakin lama berkembang pengetahuan ilmiah dalam bidang estetik yang menggunakan metode psikologis.


4. Estetik Eksperimentil (experimental aesthetics)
Estetik eksperimental yaitu estetik berdasarkan penelitian gejala - gejala hayati dengan metode pengukuran, yang biasanya menggunakan metode kuantitatif. Sasaran estetik ini adalah komponen - komponen dasar yang seni yang bisa dicerap dengan panca indra. Penggunaan metode kuantitatif dalam estetik menggunakan pengukuran dan perhitungan untuk menyatakan besarnya nilai keindahan.
5. Estetik Matematis
Estetik matematis hampir sama halnya dengan estetik eksperimental yang sama - sama menggunakan metode kuantitatif sebagai perhitungannya. Namun, dalam estetik matematis  para ilmuwan menggunakan konsep - konsep matetmatis.

• Dalam kehidupan sehari - hari kita telah mengenal dan mengetahui apa makna keindahan atau biasa disebut dengan estetika. Semua manusia tentu menyukai hal - hal yang bersifat indah, unik dan berbeda dari yang lain. Estetika juga merupakan salah satu kebutuhan bagi manusia karena manusia pada dasarnya menyukai hal - hal yang bersifat indah dan berusaha mencari keindahan untuk memenuhi kebutuhan batin mereka. Estetika merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh manusia, khususnya manusia yang bisa berfikir secara rasional. Begitu juga sebaliknya makhluk hidup yang tidak bisa berfikir secara rasional tidak membutuhkan estetika,  seperti contoh orang gila atau hewan tidak membutuhkan estetika. Sebagai contoh bahwa mamusia selalu mencari keindahan  dapat dilihat ketika  perayaan penyambutan malam  tahun baru. Hampir semua negara memiliki tradisi mengadakan pesta kembang api tepat pukul 00.00 untuk menyambut datangnya tahun baru. Pemerintah rela mengeluarkan biaya yang banyak untuk membuat pesta kembang api yang cukup besar. Tidak hanya di negara lain, berbagai daerah di Indonesia pun  juga demikian. Pada malam tahun baru masyarakat yang kebanyakan terdiri dari anak - anak muda ramai memadati alun - alun kota untuk melihat kembang pesta kembang api. Karena kembang api merupakan sesuatu yang indah, sehingga masyarakat menyukai hal tersebut. Ini adalah salah satu contoh dari estetik psikologis yang merupakan suatu bentuk estetika yang bisa mempengaruhi perasaan atau jiwa seseorang. Dengan melihat secara langsung indahnya cahaya kembang api, maka masyarakatpun memiliki perasaan senang, dan juga takjub karenanya sehingga menimbulkan kepuasan tersendiri dalam diri mereka.
•Sebenarnya semua hal atau benda memiliki nilai estetis tersendiri tergantung bagaimana setiap individu menilai keindahan dari suatu hal tersebut. Misalnya saya sangat menyukai hal - hal yang berhubungan dengan wayang kulit, karena menurut saya wayang kulit merupakan salah satu budaya Jawa yang harus dilestarikan dan wayang kukit itu sendiri memiliki sejarah yang luar biasa berhubungan dengan penyebaran agama Islam di pulau Jawa. Jadi ketika saya melihat pertunjukan wayang kulit atau melihat wayang kulit, maka wayang kulit itu adalah sesuatu yang indah dan memiliki nilai estetika yang tinggi. Namun bagi orang lain yang tidak menyukai wayang atau menganggap wayang kulit adalah biasa saja, maka mereka akan memandang wayang tidak memiliki nilai estetika atau mereka beranggapan biasa saja. Jadi tingkat nilai estetika yang diberikan terhadap suatu hal atau suatu benda akan tegantung dari setiap individu itu sendiri.
Referensi :
Hartoko, Dick. Manusia dan Seni.        1983. Kanisius : Yogyakarta.
Materi Pembelajaran Etika dan Estetika Semester Gasal 2013/2014 - Departemen Sastra Inggris
               Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga Surabaya. 2013

No comments:

Post a Comment