BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pendekatan pembelajaran merupakan
jalan yang akan ditempuh oleh guru dan siswa dalam mencapai tujuan intruksional
untuk suatu satuan intruksional tertentu. Pendekatan pembelajaran merupakan
aktivitas guru dalam memilih kegiatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran ini
sebagai penjelas untuk mempermudah bagi para guru memberikan pelayanan belajar
dan juga mempermudah bagi siswa untuk memahami materi ajar yang disamapikan
guru dengan memelihara suasana pembelajaran yang menyenangkan.
Pada pokoknya pendekatan
pembelajaran dilakukan oleh guru untuk menjelaskan materi pelajaran dari
bagian-bagian yang satu dengan bagian lainnya berorientasi pada
pengalaman-pengalaman yang dimiliki siswa untuk mempelajari konsep, prinsip atau
teori yang baru tentang suatu bidang ilmu.
System dan pendekatan pembelajaran
dibuat karena adanya kebutuhan akan system dan pendekatan tersebut untuk
menyakinkan :
1. Ada alasan
untuk belajar;
2. Siswa belum
mengetahui apa yang akan diajarkan, oleh karena itu guru menetapkan hasil- hasil belajar atau tujuan apa yang
diharapkan akan dicapai.
Pada prinsipnya ada dua macam tujuan
pembelajaran yaitu:
1. Tujuan
jangka panjang atau yang dinamakan tujuan terminal, tujuan ini biasanya
merupakan jawaban atas masalah atau kebutuhan yabg telah diketahui berdasarkan
analisis sebelumnya;
2. Tujuan
jangka pendek atau biasa disebut tujuan intruksional khusus, tujuan ini
merupakan hasil pemecahan atas operasionalisasi dari tujuan terminal yang
disusun secara hierarkis dalam upaya pencapaian tujuan terminal.
Tujuan intruksional yang dinyatakan
dengan baik dalam satuan pelajaran dapat mengkomunikasikan suatu usaha
intruksional agar tingkah laku tertentu dapat dicapai. Dalam upaya tujuan
tersebut akan menghasilkan kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi,
hal ini akan memberikan dampak tertentu terhadap system pembelajaran, sehingga
pengajaran beralih pendekatannya dari cara lama ke cara baru yang lebih
menyakinkan. Beberapa perubahan dalam pendekatan tersebut antara lain adalah:
1. Penerapan
pribsip-prinsip belajar yang lugas dan terencana
2. Mengacu pada
aspek-aspek perkembangan sesuai tingkatan peserta didik
3. Dalam proses
pembelajaran betul-betul menghormati individu peserta didik
4. Memperhatikan
kondisi objektif individu bertitik tolak pada perkembangan pribadi peserta
didik
5.
Menggunakan teknik dan metode mengajar yang sesuai
dengan kebutuhan materi pelajaran
6.
Memaparkan konsep masalah dengan penuh disiplin
7. Menggunakan
pengukuran dan evaluasi hasil belajar yang standar untuk mengukur kemajuan belajar
8. Penggunaan
alat-alat visual dengan memanfaatkan fasilitas maupun perlengkapan yang
tersedia secara optimal
Perubahan ini betul-betul
mempertimbangkan pendekatan ilmiah yaitu menggunakan fakta-fakta dan informasi
sebagai dasar melakukan tindakan-tindakan dalam melaksanaka proses
pembelajaran. Situasi pembelajaran yang memungkinkan terjadinya kegiatan
belajar mengajar yang optimal, akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru
menciptakan situasi belajar (learning situation) sehingga peserta didik dapat
berinteraksi dengan guru secara intensif berdasarkan agenda yang telah
diprogramkan guru.
Kegiatan belajar melibatkan beberapa
komponen atau unsure yaitu peserta didik, pendidik atau guru, tujuan pembelajaran,
isi pelajaran, metode mengajar yang digunakan, media pembelajaran yang sesuai
untuk digunakan dan evaluasi kemajuan belajar siswa menggunakan tes yang
standar.
Pendekatan belajar (approach to
learning) dan strategi atau kiat melaksanakan pendekatan serta metode belajar
dalam proses pembelajaran termasuk factor-faktor yang turut menentukan tingkat
keberhasilan belajar siswa. Pendekatan tersebut bertitik tolak pada aspek
psikologis dilihat dari pertumbuhan dan perkembangan anak, kemampuan intelektual,
dan kemampuan lainnya yang mendukung kemampuan belajar. Pendekatan ini
dilakukan sebagai strategi yang dipandang tepat untuk memudahkan siswa memahami
pelajaran dan juga belajar yang menyenangkan.
Pendekatan pembelajaran tentu tidak
kaku harus menggunakan pendekatan tertentu, tetapi sifatnya lugas dan
terencana, artinya memilih pendekatan disesuaikan dengan kebutuhan materi ajar
yang dituangkan dalam perencanaan pembelajaran.
1.2. Rumusan
Masalah
1.2.1. Mengetahui pengertian pendekatan
1.2.2. Mengetahui berbagai macam pendekatan belajar dan
pembelajaran.
1.3. Tujuan
Penulisan
Inti tujuan yang hendak dicapai
melalui penyusunan makalah ini adalah agar kita selaku Guru dan calon guru
mengetahui cara pendekatan pembelajaran.Penyusunan makalah ini diperuntukan
untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi pembelajaran Ekonomi
Disamping itu, makalah ini
diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran bagi kita semua selaku calon
pendidik atau seorang guru.
1.4. Manfaat
1. Sebagai wacana bagi pelajar
2. Sebagai wacana awal bagi penelitian yang selanjutnya
1.5. Metode Penelitian
Dalam Makalah ini, menggunakan metode
penelitian melalui buku, dan akses Internet.
1.6. Metode Penulisan
Makalah yang berjudul “Pendekatan Pembelajaran” ini
disusun dengan menggunakan mencari referensi yang bersifat kualitatif data
dikumpulkan melalui buku-buku langsung dan akses internet.
Metode ini dilakukan atau disusun secara bertahap,
mengingat sulitnya mencari buku-buku sumber atau referensi yang di dalamnya
memuat judul makalah di atas.
1.7.Sistematika Penulisan
Untuk mengenal lebih jauh tentang
pembahasan “Pendekatan Pembelajaran” di upayakan makalah ini akan disajikan
dengan sistematika sbb: Pembicaraan dimulai dari Bab I. Bab II yang memuat
Tinjauan Teori, Bab III yang memuat pembahasan dan Bab IV yang memuat penutup
makalah sebagai pertanggungjawaban penulis.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.Pengertian Belajar
Belajar merupakan komponen ilmu
pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan tujuan interaksi, baik yang
bersifat eksplisit maupun implicit (tersembunyi).
Menurut Morgan (1978) belajar adalah setiap perubahan
yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari
latihan atau pengalaman.
Dimyati dan Mudjiona (1996:7)
mengemukakan siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses
belajar, jadi belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks,
sebagai tindakan belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. HIlgard dan Marquis
berpendapat bahwa belajar merupakan proses mencari ilmu dalam diri seseorang
melalui latihan, pembelajaran.
Menurut Gage (1984) belajar adalah
sebagai suatu proses dimana suatu organisma
Berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman.
Sedangkan Henry E. Garret berpendapat bahwa belajar merupakan proses yang berlangsung
dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada
perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu.
Belajar menurut pandangan B. F.
Skinner (1958) adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang
berlangsung secara progressif. Jadi belajar ialah suatu perubahan dalam
kemungkinan atau peluang terjadinya respons.
Belajar menurut pandangan Robert M.
Gagne (1970) adalah kegiatan yang kompleks, dan hasil belajar berupa
kapabilitas. Gagne pula mengemukakan bahwa belajar terdiri dari tiga komponen
penting:
1.
Kondisi eksternal yaitu Stimulus dari lingkungan dalam
acara belajar
2.
Kondisi internal yabg menggambarkan keadaan internal
dan proses kognitif siswa
3.Hasil belajar yang menggambarkan informasi verbal,
keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif.
Ø Menurut
Gagne belajar mempunyai tiga tahap, yaitu:
1. Persiapan
untuk belajar dengan melakukan tindakan mengarahkan perhatian, pengharapan, dan
mendapatkan kembali informasi.
2. Pemerolehan
dan unjuk perbuatan (performansi) digunakan untuk persepsi selektif, sandi
semantic, pembangkitan kembali, respon dan penguatan
3. Alih belajar
yaitu pengisyaratan untuk membangkitkan dan memberlakukan secara umum.
2.2.Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan
pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan
bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu
dan pengetahuan, penguasaan kemahiran
dan tabiat,
serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan
kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Pembelajaran adalah suatu sistem
yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian
peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan
mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal. Gagne dan
Briggs (1979:3)
Pembelajaran
adalah Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. (UU No. 20/2003, Bab I Pasal Ayat
20)
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun
meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur
yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran “.(Oemar Hamalik,1995:57)
2.3. Pengertian Pendekatan
Pendekatan belajar bertitik tolak
pada aspek psikologis dilihat dari pertumbuhan dan perkembangan anak, kemampuan
intelektual, dan kemampuan lainnya yang mendukung kemampuan belajar. Pendekatan
dilakukan sebagai strategi yang dipandang tepat untuk memudahkan siswa memahami
pelajaran dan juga belajar menyenangkan.
Pendekatan pembelajaran tentu tidak
kaku harus menggunakan pendekatan tertentu, tetapi sifatnya dan terencana,
artinya memilih pendekatan di sesuaikan kebutuhan materi ajar yang dituangkan
dalam perencanaan pembelajaran.
Pendekatan adalah pola/cara berpikir
atau dasar pandangan terhadap sesuatu. Pendekatan dapat diimplementasikan dalam
sejumlah strategi. Sedangkan, srategi adalah pola umum perbuatan guru-siswa di
dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar.
Ø Adapun
pendekatan pembelajaran yang sudah umum dipakai oleh para guru antara lain:
1. Pendekatan
konsep dan proses,
2. Pendekatan
deduktif dan induktif.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1.Pendekatan Belajar dan Pembelajaran
3.1.1. Pendekatan Konsep dan proses
A. Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep adalah suatu
pendekatan pengajaran secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan
kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh. Konsep merupakan
buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi
sehingga melahirkan pruduk pengetahuan memiliki prinsip, hukum, dan teori.
Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan
abstrak, kegunaan konsep untuk menjelaskan dan meramalkan.
Konsep menunjukan suatu hubungan
antar konsep-konsep yang lebih sederhana sebagai dasar perkiraan atau jawaban
manusia terhadap pertanyaan-pertanyaan yang bersifat asasi tentang mengapa
suatu gejala itu bisa terjadi. Konsep merupakan pikiran seseorang atau
sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga menjadi produk
pengetahuan yang meliputi prinsip-prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh
dari pakta, peristiwa, pengalaman melalui generasi, dan berfikir abstrak.
Konsep dapat mengalami perubahan disesuaikan dengan fakta atau pengetahuan
baru, sedangkan kegunaan konsep adalah menjelaskan dan meramalkan.
Para ahli sikologi menyadari akan
pentingnya konsep-konsep, dan sutu definisi yang tepat mengenai konsep belum
diberikan. Oleh karena itu konsep-konsep itu merupakan penyajian-penyajian
internal dari sekelompok stimulus-stimulus, konsep-konsep itu tidak dapat
diamati, konsep-konsep harus disimpulkan dalam perilaku. Dalam pendekatan
konsep ini Symsudin Makmun (2003:228) mengemukakan bahwa dengan diperolehnya
kemahiran mengadakan diskriminasi atas pola-pola stimulus respons (S-R) itu,
siswa belajar mengidentifikasikan persamaan-persamaan karakteristik dari
sejumlah pola-pola S-R tersebut. Selanjutnya berdasarkan persamaan cirri-ciri
dari sekumpulun stimulus dan juga dari objek-objeknya ia membentuk suatu
pengertian atau konsep-konsep. Secara eksternal, adanya persamaan-persamaan ciri
tertentu dari sejumlah perangsang dan obyek-obyek yang dihadap pada indipidu.
Flaiell(1970) menyarankan, bahwa pemahaman terhadap konsep-konsep dapat
dibedakan dalam tujuh dimensi yaitu:
1. Atribut,
setiap konsep mempunyai atribut yang berbeda, contoh-contoh konsep harus
mempunyai atribut yang relevan; termasuk juga atribut-atribut yang tidak
relevan. Contoh-contoh konsep, meja harus mempunyai suatu permukaan yang datar,
dan sambungan-sambungan yang mengarah kebawah yang mengangkat permukaan itu dari
lantai. Atribut-atribut dapat berupa fisik, seperti warna, tinggi, atau bentuk,
atau dapat juga atribut-atribut itu berupa fungsional.
2. Struktur,
menyangkut cara terkaitnya atau tergabungnya atribut-atribut itu. Ada tiga
stuktur yang dikenal, yaitu:
Ø Konsep-konsep
konjungtif adalah konsep-konsep dimana terdapat dua atau lebih sifat-sifat,
sehingga dapat memenuhi syarat sebagai contoh konsep.
Ø Konsep-konsep
disjungtif adalah konsep-konsep dimana satu dari dua atau lebih sifat-sifat
harus ada.
Ø Konsep-konsep
relasional menyatakan hubungan tertentu antara atribut-atribut konsep.
3. Keabstrakan,
yaitu konsep-konsep dapat dilihat dan konkret, atau konsep-konsep itu terdiri
dari konsep-konsep lain.
4. Keinklusifan
(inclusiveness), yaitu ditunjukkan pada jumlah contoh-contoh yang terlibat pada
konsep itu.
5. Generalisasi
atau keumuman, yaitu bila diklasifikasikan, konsep-konsep dapat berbeda pada
posisi superordinatatau subordinatnya. Makin umum suatu konsep, makin banyak
asosiasi yang dapat dibuat dengan konsep-konsep lainnya.
6. Ketepatan,
yaitu suatu konsep menyangkut apakah ada kumpulan aturan-aturan untuk
membedakan contoh-cobtoh dari noncontoh-noncontoh suatu konsep. Klausmeier
(1977) mengungkapkan empat tingkat pencapaian konsep (concept attainment), mulai
dari tingkat konflik sampai tingkat formal.
7. Kekuatan
(power), yaitu kekuatan suatu konsep oleh sejauh mana orang setuju bahwa konsep
itu penting.
Rosser (1984) menyatakan bahwa
konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian,
kegiata-kegiatan, atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut yang sama.
Menurut Ausubel (1968) konsep-konsep diperoleh dengan cara formasi konsep
(concept formation) merupakan bentuk perolehan konsep-konsep sebelum anak-anak
masuk sekolah. Menurut Gagne (1977) formasi konsep dapat disamakan dengan
belajar konsep-konsep konkret, dan asimilasi konsep (concept assimilation)
merupakan cara utama memperoleh konsep-konsep selama dan sesudaj sekolah.
Pendekatan pembelajaran ini oleh
para ahli pendidikan didasarkan pada pola pengorganisasian bahan pengajaran,
yang meliputi pengajaran linier dan pengajaran komulatif.
B. Pendekatan proses
Pendekatan proses adalah suatu
pendekatan pembelajaran member kesempatan kepada siswa untuk ikut menghayati proses
penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses.
Pembelajaran dengan menekankan kepada belajar proses dilatarbelakangi oleh
konsep-konsep belajar menurut teori ‘Naturalisme-Romantis’ dan teori ‘Kognitif
Gestalt’.
Dalam pendekatan proses ini, siswa
tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari sesama temannya, dan dari
manusia-manusia sumber di luar sekolah. Kegiatan-kegiatan yan dapat dilakukan
oleh siswa dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan proses adalah:
1. Mengamati
gejala yang timbul
2. Mengklasifikasikan
sifat-sifat yang sama, serupa
3. Mengukur
besar-besaran yang bersangkutan
4. Mencari
hubungan antar konsep-konsep yang ada
5. Mengenal
adanya suatu masalah, merumuskan masalah
6. Memperkirakan
penyebab suatu gejala, merumuskan hipotesa.
7. Meramalkan
gejala yang mungkin akan terjadi
8. Berlatih
menggunakan alat-alat ukur
9. Melakukan
percobaan
10. Mengumpulkan,
menganalisis, dan menafsirkan data
11. Berkomunikasi
12. Mengenal
adanya variable, mengendalaikan adanya variabel.
Ø Keunggulan
pendekatan proses adalah :
1. Memberi
bekal cara memperoleh pengetahuan, hal yang sangat penting untuk pengembangan
pengetahuan dan masa depan.
2. Pendahuluan
proses bersifat kreatif, siswa aktif, dapat meningkatkan keterampilan berfikir
dan cara memperoleh pengetahuan.
Ø Kelemahan
pendekatan proses adalah :
1. Memerlukan
banyak waktu sehingga sulit untuk dapat menyelesaikan pengajaran yang
ditetapkan dalam kurikulum.
2. Memerlukan
fasilitas yang cukup baik dan lengkap sehingga tidak semua sekolah dapat
menyediakannya.
3. Merumuskan
masalah, menyusun hipotesis, merancangkan suatu percobaan untuk memperoleh data
yang relevan adalah pekerjaan yang sulit, tidak semua siswa mampu
melaksanakannya.
Pendekatan proses pada hakekatnya
adalah memproses informasi, yaitu informasi pembelajaran. Hasil belajar bukan
hanya berupa penguasaan pengetahuan, tetapi juga kecakapan dan keterampilan
dalam melihat, menganalisis dan memecahkan masalah, membuat rencana dan
mengadakan pembagian kerja. Dengan demikian aktivitas dan produk yang
dihasilkan dari aktivitas belajar ini, mendapatkan penilaian.
Penilaian tidak hanya dilakukan
secara tertulis, melainkan juga secara lisan, dan penilaian akan perbuatan.
Pengetahuan disajikan secara mental dalam berbagai bentuk yaitu preposisi,
produksi dan gambaran mental. Dalam kenyataan proses pembelajaran seringkali
terjadi kekeliruan, karena yang diutamakan hasil maka proses belajar kurang
diperhatikan, demikian juga sebaliknya, karena yang diutamakan proses maka hasil
yang diabaikan. Jadi hasil dan proses dalam kegiatan pembelajaran mempunyai
kedudukan yang sama kuat, guru tidak dapat memperlakukannya berat sebelah,
harus seimbang diantara keduanya.
Proses diukur melalui hasil, dan
hasil akan kelihatan melalui proses, jadi bersifat komplementer atau saling
melengkapi. Pendekatan proses ini menggambarkan bahwa, kegiatan belajar yang
berlangsung disekolah bersifat formal, prosesnya disengaja dan direncanakan
dalam bimbingan guru dan pendidik lainnya agar siswa mencapai tujuan dan
menguasai bahan belajar yang diberikan guru sesuai kurikulum untuk dipelajari.
3.1.2. Pendekatan Deduktif dan Pendekatan Induktif
A. Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif adalah proses
penalaran yang bermula dari keadaan umum kekeadaan khusus sebagai pendekatan
pengajaran yang bermula dengan menyajikan aturan, prinsip umum itu kedalam
keadaan khusus. Langkah –langkah yang digunakan dalam pendekatan deduktif dalam
pembelajaran adalah:
1. Memilih
konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pendekatan deduktif.
2. Menyajikan
aturan, yang bersifat umum lengkap dengan definisi dan buktinya.
3. Disajikan
contoh-contoh khusus agar siswa dapat menyusun hubungan antara keadaan khusus
itu dengan aturan prinsip umum.
4. Disajikan
bukti-bukti untuk menunjang atau menolak kesimpulan bahwa keadaan khusus itu
merupakan gambaran dari keadaan umum.
Sedangkan berpikir deduktif disebut
juga berpikir dengan menggunakan silobisme terdiri dari preposisi statemen yang
terdiri dari’remise’ yaitu dasar penarikan kesimpulan sebagai pernyataan akhir
yang mengandung suatu kebenaran. Berpikir deduktif prosesnya berlangsung dari
yang umum menuju ke yang khusus. Dalam berpikir deduktif ini orang bertolak
dari suatu teori, prinsip, ataupun kesimpulan yang dianggapnya benar dan sudah
bersifat umum. Dari situ diterapkan kepada fenomena-fenomena yang khusus, dan
mengambil kesimpulan khusus yang berlaku bagi fenomena tersebut.
B. Pendekatan Induktif
Pendekatan Induktif pada awalnya
dikemukakan oleh filosof inggris prancis Bacon (1561) yang menghendaki agar
penarikan kesimpulan didasarkan atas fakta-fakta yang kongkrit sebanyak
mungkin, system ini dipandang sebagai system berpikir yang paling baik pada
abad pertengahan yaitu cara induktif disebut juga sebagai dogmatif artinya bersifat
mempercayai begitu saja tanpa diteliti secara rasional. Berpikir induktif ialah
suatu proses dalam berpikir yang berlangsung dari khusus menuju ke yang umum.
Tepat atau tidaknya kesimpulan atau cara berpikir yang
diambil secara induktif ini menurut Purwanto (2002:47) bergantung
representative atau tidaknya sampel yang diambil mewakili fenomena keseluruhan.
Langkah-langkah yang dapat digunakan dalam pendekatan
induktif adalah:
1.
Memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan
dengan pemdekatan induktif.
2. Menyajikan
contoh-contoh khusus konsep, prinsip atau aturan itu yang memungkinkan siswa
memperkirakan (hipotesis) sifat umum yang terkandung dalam contoh-contoh itu.
3. Disajikan
bukti-bukti yang berupa contoh tambahan untuk menunjang atau menyangkal
perkiraan itu.
4. Disusun
pernyataan mengenai sifat umum yang telah terbukti berdasarkan langkah-langkah
yang terdahulu.
Menurut Syamsudin Makmun (2003:228)
siswa belajar mengadakan kombinasi dari berbagai konsep dengan mengoperasikan
kaidah-kaidah logika formal (induktif, deduktif, analisis, sintesis, asosiasi,
diferensiasi, komparasi, dan kausalitas), sehingga siswa dapat membuat
kesimpulan (kongklusi) tertentu yng mungkin selanjutnya dapat dipandang sebagai
“rule” (prinsip, dalil, aturan, hokum faedah dsb). Pendekatan yang tidak
bersifat demokratis ialah pendekatan deduktif yang agak lebih banyak mengandung
sifat otoriter.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari data di
atas penulis menyimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran ada 5 macam yaitu :
1. Pendekatan
Konsep dan proses.
A. Pendekatan
konsep adalah suatu pendekatan pengajaran secara langsung menyajikan konsep
tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu
diperoleh.
B. Pendekatan
proses adalah suatu pendekatan pembelajaran member kesempatan kepada siswa
untuk ikut menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu sep sebagai suatu
keterampilan proses.
2. Pendekatan
deduktif dan induktif.
A. Pendekatan
deduktif adalah proses penalaran yang bermula dari keadaan umum konkekeadaan
khusus sebagai pendekatan pengajaran yang bermula dengan menyajikan aturan,
prinsip umum itu kedalam keadaan khusus.
B.
Pendekatan Induktif pada awalnya dikemukakan oleh
filosof inggris prancis Bacon (1561) yang menghendaki agar penarikan kesimpulan
didasarkan atas fakta-fakta yang kongkrit sebanyak mungkin, system ini
dipandang sebagai system berpikir yang paling baik pada abad pertengahan yaitu
cara induktif disebut juga sebagai dogmatif artinya bersifat mempercayai begitu
saja tanpa diteliti secara rasional.
4.2. Saran
Saya selaku penyusun menyarankan
agar para calon guru maupun guru dapat memilih pendekatan pembelajaran yang
sesuai, karena setiap pendekatan mempunyai kelemahan dan keunggulan
masing-masing.
No comments:
Post a Comment