Pengertian
dan Terminologi Estetika
Estetika merupakan salah satu cabang ilmu filsafat sejak jaman Yunani kuno
sampai sekitar pertengahan abad ke 18 yang sering disebut dalam berbagai nama,
antara lain filsafat keindahan, filsafat citarasa, filsafat seni dan juga
filsafat kritik. Menurut Dick Hartoko dalam bukunya yang berjudul "Manusia
dan Seni", Estetika, berasal dari bahasa Yunani yaitu
"aesthetis" yang berarti pencerapan, persepsi, pengalaman perasaan
atau pemandangan. Kata ini pertama kali dipakai oleh Baumgarten (+1762) seorang
filsuf Jerman untuk menunjukkan cabang filsafat yang berhubungan dengan seni
dan keindahan.
Dalam bahasa Inggris, istilah yang dimunculkan dengan oleh Baumgarten tersebut
ditulis dengan "aesthetics" atau "esthetics", sedangkan
dalam bahasa Indonesia adalah "estetik" atau
"estetika" yang secara beangsur-angsur menggantikan semua
sebutan tentang ilmu yang berhubungan dengan keindahan. Seperti yang diketahui
dalam kehidupan sosial membuat sebuah gebrakan baru itu adalah tidak mudah,
banyak orang yang menentang karena tidak setuju. Baumgarten pun juga mengalami
hal demikian ketika dia memunculkan istilah estetik untuk pertama kalinya. Pada
awalnya istilah estetik tidak diterima dengan baik oleh para pemikir dan
cendikiawan pada jaman itu. Bahkan banyak yang mengecam bahwa istilah itu
adalah istilah yang tidak berguna, namun pada kenyataannya istilah tersebut
sekarang sudah menjadi istilah yang berkedudukan kokoh dan hampir semua
orang tahu.
Ruang
Lingkup Estetika
Pada umumnya para filsuf memberikan batasan bahwa estetik adalah salah satu
cabang filsafat yang membicarakan tentang keindahan. Louis Kattsof juga
memberikan batasan estetik dalam hubungan dengan seiring berkembangnya seni.
Batasan yang diberikan oleh Louis Kattsof seperti dalam pernyataan berikut
“The
branch of philosophy which concernsitself with the definition, structure, and
role of beauty, especially in the arts, is called aesthetics” yang dalam bahasa
Indonesia berarti "Cabang filsafat yang bertalian dengan batasan,
rakitan dan peranan keindahan, khusunya dalam seni, di sebut estetik.”
Dalam hal
ini Kant juga memberikan perumusan lain bahwa citarasa juga masuk dalam ruang
lingkup estetik. Karena citarasa menurutnya Kant diartikan sebagai kemampuan
mental untuk menilai sesuatu banda atau gagasan dalam hubungannya dengan
kepuasan atau ketidakpuasan tanpa adanya suatu kepentingan apapun. Sedangkan
mrnurut William Halverson estetik termasuk dalam non moral valua atau nilai -
nilai yang tidak bersifat moral, dan hal apapun yang memiliki keterkaitan
dengan seni disebut estetik. Batasan yang diberikan oleh para filsuf adalah
berbeda - beda, tetapi batasan - batasan dari para filsuf tersebut jika
diperinci meliputi :
1.
Keindahan
2.
Keindahan dalam alam dan seni
3.
Keindahan khusus pada seni
4.
Keindahan + seni
5. Seni
(segi penciptaan dan kritik seni serta hubungan dan peranan seni)
6.
Citarasa
7. Ukuran
nilai baku
8.
Keindahan dan kejelekan
9. Nilai
non moral (nilai estetis)
10. Benda
estetis
11.
Pengalaman eatetis
Macam
Ragam Estetika
1. Estetik
filsafati (philosophical aesthetics)
Estetik
filsafati adalah estetik yang menelaah sasaran - sasarannya secara filsafati.
Estetik filsafati juga seiring disebut dengan estetik tradisionil. Namun ada
juga yang menyebutnya sebagai estetik analitis, karena estetik ini untuk
membedakan estetik yang empiris atau dipelajari secara ilmiah.
2. Estetik
Ilmiah (scientific aesthetics)
Estetik
ilmiah juga sering disebut dengan estetik modern dan tidak lagi merupakan
cabang filsafat pada abad 20. Dalam abad ke-19 estetis mengalami perkembangan
yang berbeda dari sebelumnya karena pembahasan keindahan secara filsafati sudah
dianggap tidak memuaskan karena pengertian keindahan terlalu terbatas dan tidak
mencakup seni primitif. Jadi para ilmuwan lebih memilih sasaran yang nyata
dalam masyarakat yang dapat dipelajari secara empiris dan ilmiah.
3. Estetik
Psikologis (psychilogical aesthetics)
Seiring
dengan berkembangnya zaman, estetika juga dipelajari oleh ahli - ahli psikologi
dengan menggunakan metode ilmu - ilmu psikologi. Dengan demikian semakin lama
berkembang pengetahuan ilmiah dalam bidang estetik yang menggunakan metode
psikologis.
4. Estetik
Eksperimentil (experimental aesthetics)
Estetik
eksperimental yaitu estetik berdasarkan penelitian gejala - gejala hayati
dengan metode pengukuran, yang biasanya menggunakan metode kuantitatif. Sasaran
estetik ini adalah komponen - komponen dasar yang seni yang bisa dicerap dengan
panca indra. Penggunaan metode kuantitatif dalam estetik menggunakan pengukuran
dan perhitungan untuk menyatakan besarnya nilai keindahan.
5. Estetik
Matematis
Estetik
matematis hampir sama halnya dengan estetik eksperimental yang sama - sama
menggunakan metode kuantitatif sebagai perhitungannya. Namun, dalam estetik
matematis para ilmuwan menggunakan konsep - konsep matetmatis.
• Dalam
kehidupan sehari - hari kita telah mengenal dan mengetahui apa makna keindahan
atau biasa disebut dengan estetika. Semua manusia tentu menyukai hal - hal yang
bersifat indah, unik dan berbeda dari yang lain. Estetika juga merupakan salah
satu kebutuhan bagi manusia karena manusia pada dasarnya menyukai hal - hal
yang bersifat indah dan berusaha mencari keindahan untuk memenuhi kebutuhan
batin mereka. Estetika merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh manusia,
khususnya manusia yang bisa berfikir secara rasional. Begitu juga sebaliknya
makhluk hidup yang tidak bisa berfikir secara rasional tidak membutuhkan
estetika, seperti contoh orang gila atau hewan tidak membutuhkan
estetika. Sebagai contoh bahwa mamusia selalu mencari keindahan dapat
dilihat ketika perayaan penyambutan malam tahun baru. Hampir semua
negara memiliki tradisi mengadakan pesta kembang api tepat pukul 00.00 untuk
menyambut datangnya tahun baru. Pemerintah rela mengeluarkan biaya yang banyak
untuk membuat pesta kembang api yang cukup besar. Tidak hanya di negara lain,
berbagai daerah di Indonesia pun juga demikian. Pada malam tahun baru
masyarakat yang kebanyakan terdiri dari anak - anak muda ramai memadati alun -
alun kota untuk melihat kembang pesta kembang api. Karena kembang api merupakan
sesuatu yang indah, sehingga masyarakat menyukai hal tersebut. Ini adalah salah
satu contoh dari estetik psikologis yang merupakan suatu bentuk estetika yang
bisa mempengaruhi perasaan atau jiwa seseorang. Dengan melihat secara langsung
indahnya cahaya kembang api, maka masyarakatpun memiliki perasaan senang, dan
juga takjub karenanya sehingga menimbulkan kepuasan tersendiri dalam diri
mereka.
•Sebenarnya
semua hal atau benda memiliki nilai estetis tersendiri tergantung bagaimana
setiap individu menilai keindahan dari suatu hal tersebut. Misalnya saya sangat
menyukai hal - hal yang berhubungan dengan wayang kulit, karena menurut saya
wayang kulit merupakan salah satu budaya Jawa yang harus dilestarikan dan
wayang kukit itu sendiri memiliki sejarah yang luar biasa berhubungan dengan
penyebaran agama Islam di pulau Jawa. Jadi ketika saya melihat pertunjukan
wayang kulit atau melihat wayang kulit, maka wayang kulit itu adalah sesuatu
yang indah dan memiliki nilai estetika yang tinggi. Namun bagi orang lain yang
tidak menyukai wayang atau menganggap wayang kulit adalah biasa saja, maka
mereka akan memandang wayang tidak memiliki nilai estetika atau mereka
beranggapan biasa saja. Jadi tingkat nilai estetika yang diberikan terhadap
suatu hal atau suatu benda akan tegantung dari setiap individu itu sendiri.
Referensi
:
Hartoko, Dick.
Manusia dan Seni. 1983. Kanisius
: Yogyakarta.
Materi
Pembelajaran Etika dan Estetika Semester Gasal 2013/2014 - Departemen Sastra
Inggris
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga Surabaya. 2013
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga Surabaya. 2013
No comments:
Post a Comment