DISPERSI KOLOID DAN SIFAT-SIFATNYA
A.
TUJUAN
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk memberikan gambaran tentang sifat-sifat
larutan koloid.
B.
LANDASAN TEORI
Koloid atau disebut juga dispersi koloid atau sistem koloid sebenarnya
merupakan system disperse dengan ukuran partikel yang lebih besar daripada
larutan, tetapi lebih kecil daripada suspensi. Beberapa koloid tampak jelas
secara fisis, misalnya santan, air susu, dan lem., tetapi beberapa koloid
sepintas tampak seperti larutan, misalnya kanji yang encer, agar-agar yang
masih cair, dan air teh (Sudarmo, 2006).
Transport koloid ini dapat dihambat dengan filtrasi. Karena ukurannya yang
relatif besar dibandingkan dengan larutan, maka koloid mempunyai sifat yang
sangat berbeda dengan unsur terlarut. Maka untuk mempelajari transport koloid
pengkajian harus difokuskan pada migrasi koloid, terutama pada mekanisme
filtrasi yag bertujuan untuk menghambat migrasi koloid, sehingga dapat menurunkan
angka ketidakpastian di dalam sistem penyimpanan lestari limbah radioaktif
(Sriwahyuni, 2006).
Teori dan teknologi system dispersi perlu di mengerti oleh ahli farmasi.
Walaupun aspek kuantitatif dari subjek ini tidak berkembang sebaik aspek kuantitatif
dari kimia mikromolekul, namun teori yang dapat dikemukakan dalam bidang kimia
kolid memebantu sekali dalam usaha menyelesaikan masalah yang timbul pada
penyiapan dan peracikan emulsi, suspense, salep, serbuk dan bentuk sediaan
komprensi(tablet). Warna dispersi koloid berhubungan dengan ukuran partikel
yang ada. Misalnya emas, dalam bentuk sol emas akan berwarna merah, tapi bila
ukurannya meningkat akan menjadi disperse yang berwarna biru. Antimon dan arsen
trisulfida berubah warnanya dari merah menjadi kuning jika ukuran partikel
berkurang sehingga ukuran partikelnya berubah dari ukuran serbuk kasar menjadi
ukuran partikel yang berada pada daerah koloid (Martin, 1993).
Metode agregasi hidrofobik merupakan metode pemisahan dari
suatu partikel koloid yang bersifat hidrofob yang jika partikel tersebut
diagitasi dengan kecepatan relatif tinggi maka dapat menggumpal sehingga dapat
dipisahkan dari campurannya. Sampai saat ini, pemisahan zat dengan metode
agregasi hidrofobik selalu diawali dari partikel koloid. Dalam proses ini
terjadi perubahan dari partikel koloid menjadi agregat. Mekanisme pemisahan
yang terjadi ada dua tahap. Pertama, adsorpsi surfaktan ke permukaan partikel
koloid. Kedua, terbentuknya agregat akibat tumbukan antar partikel hidrofobik
setelah diagitasi dengan kecepatan yang relatif tinggi (Suharta, 2000).
Air adalah unsur yang sangat penting untuk menunjang kehidupan manusia, namun
tidak semua air baik untuk digunakan atau dikonsumsi manusia. Kualitas air
ditentukan oleh banyak faktor, baik itu secara fisika, kimia, maupun
bakteriologis. Kekeruhan merupakan salah satu parameter fisika yang harus
diperhatikan dalam pengaolahan air untuk mendapatkan kualitas air EM3-2 yang
memenuhi persyaratan atau baku mutu (Mutiarani, 2011).
Air permukaan umumnya mengandung bermacam zat pengotor
koloid yang dapat menimbulkan kekeruhan atau warna pada air. Koloid merupakan
suatu suspensi partikel-partikel kecil yang berukuran 1 sampai 100 milimikron.
Kekeruhan sering disebabkan oleh partikel lempung koloid yang dihasilkan dari
penggerusan tanah. Warna dapat berasal dari koloid besi dan mangan atau
senyawa-senyawa organic yang dihasilkan dari dekomposisi tumbuh-tumbuhan
(Nugroho, 2008).
C.
ALAT DAN BAHAN
1.
Alat
Alat
yang digunakan dalam percobaan ini yaitu :
· Piknometer 10 ml
· Timbangan analitik
· Pipet tetes
· Batang pengaduk
· Gelas kimia
· Pipa kapiler
· Mistar
· Labu takar
· Tabung sentrifugas
· Konduktometer
· Turbidimeter
2.
Bahan
Bahan
yang digunakan dalam percobaan ini yaitu :
· Deterjen
· Minyak
· Aquades
D.
PROSEDUR KERJA
1.
Deterjen
Deterjen
Minyak
|
F.
PEMBAHASAN
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih
partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah)
tersebar secara merata di dalam zat lain (medium pendispersi/pemecah). Zat yang
didipersikan disebut fase terdispersi, sedangkan medium yang digunakan untuk
mendispersikan zat disebut medium dispersi. Fase terdispersi bersifat
diskontinu (terputus-putus), sedangkan medium dispersi bersifat kontinu.
Partikel-partikel dalam suatu koloid terlalu kecil untuk dilihat dengan mata
atau dengan mikroskop biasa, walaupun demikian, partikel ini dapat mempengaruhi
cahaya. Bila konsentrasi koloidnya besar, penyebaran cahayanya ini akan
menyebabkan larutan koloid kelihatan jenuh. Sifat-sifat koloid antara lain
(1)Efek tyndall :Gerak penghamburan berkas sinar oleh partikel-partikel koloid
yang dikarenakan ukuran molekul koloid cukup besar. (2)Gerak brown: Gerakan
partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi tidak menentu.
(3)Absorbs: Peristiwa penyerapan partikel atau ion pada permukaan partikel
koloid yang disebabkan olej luasnya permukaan partikel. (4)Koagulasi:
Penggumpalan partikel koloid yang membentuk endapan. (5)Koloid pelindung:
Koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid lain dari proses koagulasi.
(6)Dialysis: Pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu. (7)Elektroforesis:
Peristiwa pemisahan koloid yang bermuatan dengan menggunakan arus listrik.
Perlakuan Pertama, dimasukan detergen ke dalam 3 gelas kimia yang memiliki
massa masing-masing 1g, 2g, dan 3g. Seluruhnya dilarutkan dalam sejumlah
aquades yang kemudian nantinya disebut sebagai detergen 1%, 2%, dan 3 %.
Terakhir, diukur tinggi kenaikan cairan menggunakan metode pipa kapiler,
tegangan permukaan, konduktivitas, dan turbiditasnya. Setelah itu dilakukan hal
yang sama untuk perlakuan kedua pada koloid minyak-air dan air-minyak. Berikut
pengukuran-pengukuran untuk kedua perlakuan.
Pertama, mengukur tinggi kenaikan cairan menggunakan metode pipa kapiler, yaitu
metode mengukur tegangan permukaan zat cair dan sudut kelengkungannya dengan
memakai pipa berdiameter. Salah satu ujung pipa dicelupkan kedalam permukaan
zat cair maka zat cair tersebut permukaannya akan naik sampai ketinggian
tertentu. Didapatkan hasil pertama, detergen 1% setinggi 2,2 cm ; detergen 2%
setinggi 2,4 cm ; dan detergen 3% setinggi 2,7 cm. Dan kedua, koloid 1 %
setinggi 1,3 cm; koloid 2% setinggi 1,4 cm; dan koloid 3% setinggi 1,6 cm. Hal
ini telah sesuai teori, bahwa semakin tinggi konsentrasi atau densitas maka
semakin tinggi pula kenaikan cairan pada pipa kapiler.
Kedua, Tegangan Permukaan, Tegangan permukaan merupakan kecenderungan permukaan
zat cair untuk menegang, sehingga permukaannya seperti ditutupi oleh suatu
lapisan elastis. Selain itu, tegangan permukaan juga diartikan sebagai suatu
kemampuan atau kecenderungan zat cair untuk selalu menuju ke keadaan yang luas
permukaannya lebih kecil yaitu permukaan datar atau bulat seperti bola atau
ringkasnya didefinisikan sebagai usaha untuk membentuk luas permukaan baru.
Dengan sifat tersebut zat cair mampu untuk menahan benda-benda kecil di
permukaannya. Hal ini dipengaruhi oleh adanya gaya kohesi antara molekul air.
Factor-faktor yang mempengaruhi tegangan permukaan antara lain: (1)Densitas
(kerapatan): Semakin besar densitas berarti semakin rapat muatan – muatan atau
partikel-partiekl dari cairan tersebut tegangan permukaan besar. (2)Konsentrasi
zat terlarut (solut): Semakin besar zat terlarut yang ditambahkan akan menurunkan
tegangan permukaan. (3)Viskositas: Semakin besar viskositas suatu laruan maka
semakin besar pula tegangan permukaan yag dihasilkan. (4)Suhu: semakin tinggi
suhu larutan maka tegangan permukaan yang dihasilkan akan semakin kecil. Pada
pengukuran yang kedua ini, dilakukan pengukuran hanya pada koloid yang hasilnya
yaitu koloid 1% sebesar 2,86 N/m, koloid 2% sebesar 3,09 N/m, dan koloid 3%
sebesar 3,54 N/m. Sama seperti tinggi kenaikan cairan, tegangan permukaan juga
dipengaruhi oleh konsentrasi/densitas dimana kekentalan suatu larutan akan
memperbesar nilai tegangan permukaannya. Maka dengan melihat hasil, dapat
dikatakan telah sesuai dengan teori.
Ketiga, Daya hantar listrik (konduktivitas), yaitu ukuran seberapa kuat suatu
larutan dapat menghantarkan listrik. Konduktivitas digunakan untuk ukuran
larutan atau cairan elektrolit. Semakin besar jumlah ion dari suatu larutan
maka akan semakin tinggi nilai konduktivitasnya. Jumlah muatan dalam larutan
sebanding dengan nilai hantar molar larutan dimana hantaran molar juga sebading
dengan konduktivitas larutan. Konsentrasi elektrolit sangat menentukan besarnya
konduktivitas molar (∆m). Konduktivitas molar adalah konduktivitas suatu
larutan apabila konsentrasi larutan sebesar satu molar. Pada percobaan ini larutan
yang diukur konduktivitasnya adalah larutan sabun 1%, 2%, 3% dengan cara
larutan tersebut dimasukkan kedalam wadah dan diukur konduktivitasnya
menggunakan konduktometer dan hasilnya untuk larutan sabun 1% sebesar 6,50 mS;
2% sebesar 10,59 mS; dan 3% sebasar 14,82 Ms. Ini dikarenakan jumlah ion pada
tiap larutan berbeda. Semakin besar jumlah ion dari suatu larutan maka akan
semakin tinggi nilai konduktivitasnya. Untuk larutan koloid tidak dihitung
konduktivitasnya karena seperti yang telah diketahui bahwa sebuah larutan
koloid tidak dapat menghantarkan arus listrik.
Keempat, Kekeruhan (Turbiditas), merupakan adanya partikel-partikel mikroskopis
pada suatu cairan yang menyebabkan cairan tersebut terlihat keruh atau tidak
tembus pandang. Setelah dilakukan pengukuran dengan turbidity meter, didapatkan
hasil untuk deterjen 1%, 2%,dan 3% yaitu 125 NTU, 163 NTU, 246 NTU dan untuk
koloid 1%, 2%, 3% yaitu masing-masing 363 NTU, 28 NTU, dan 31,3 NTU. Dalam
teori, seharusnya semakin tinggi kental suatu larutan maka semakin keruh
larutan itu. Hal ini sesuai pada perhitungan turbiditas detergen dan tidak
sesuai dengan hasil yang didapat pada perhitungan turbiditas koloid. Banyak hal
yang dapat mempengaruhinya, salah satunya human error ketika larutan
koloid yang dihitung turbiditasnya saat itu merupakan hasil pengenceran, bukan
larutan koloid aslinya sehingga bisa saja terjadi kesalahan pengencerannya.
Selain itu, dalam berbagai macam sumber ada yang menyebutkan bahwa turbiditas
pada koloid tidak dapat dihitung karena koloid merupakan larutan yang tidak
dapat bercampur (heterogen) sehingga tidak mungkin dihitung kekeruhannya.
G.
KESIMPULAN
Kesimpulan dari praktikum ini adalah Koloid adalah suatu campuran zat heterogen
(dua fase) antara dua zat atau lebih partikel-partikel zat yang berukuran
koloid tersebar secara merata di dalam zat lain. Tegangan permukaan yang
didapat pada praktikum ini adalah untuk emulsi 1 sebesar 0,00804 Nm-1;
emulsi 2 sebesar 0,0076 Nm-1 dan emulsi 3 sebesar 0,0085 Nm-1.
Untuk nilai konduktivitas listrik cairan emulsi tidak didapatkan karena
mengandung larutan yang tidak dapat menghantarkan listrik yaitu minyak.
No comments:
Post a Comment