BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Sehabis berolahraga,
tenggorokan kita akan terasa kering dan kehausan. Ini terjadi karena tubuh
banyak mengeluarkan keringat, sehingga air dalam tubuh juga banyak yang keluar.
Keadaan demikian membuattubuh segera mengeluarkan zat yang menghentikan pengeluaran
cairan tersebut. Zat yang dimaksud dinamakan hormon. Apabila kita minum air,
segera hormon yang dikeluarkan tubuh tersebut akan berhenti.
Hormon merupakan
senyawa kimia, berupa protein yang mempunyai fungsi untuk memacu atau
menggiatkan proses metabolisme tubuh. Dengan adanya hormone dalam tubuh maka
organ akan berfungsi menjadi lebih baik. Walaupun jumlah yang diperlukan sedikit, namun
keberadaan hormon dalam tubuh sangatlah penting. Ini dapat diketahui dari
fungsinya yang berperan antara lain dalam proses pertumbuhan dan perkembangan
tubuh, proses reproduksi, metabolisme zat, dan lain sebagainya.
Hormon akan dikeluarkan
oleh kelenjar endokrin bila ada rangsangan (stimulus). Hormon tersebut akan
diangkut oleh darah menuju kelenjar yang sesuai. Akibatnya, bagian tubuh
tertentu yang sesuai akan meresponnya. Sebagai contoh, hormone insulin
disekresikan pankreas saat ada rangsangan gula darah yang tinggi, hormon
adrenalin disekresikan medula adrenal oleh stimulasi saraf simpatik, dan
lain-lain.
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa
yang dimaksud dengan hormone ?
2. Bagaimana
mekanisme kerja hormone ?
3. Kelenjar
apa yang berfungsi sebagai penghasil hormone ?
4. Apa
saja gangguan yang terjadi pada system hormone ?
C.
TUJUAN
Tujuan dalam pembuatan
makalah ini yaitu :
1. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan hormone
2. Untuk
mengetahui bagaimana mekanisme kerja hormone
3. Untuk
mengetahui Kelenjar yang berfungsi sebagai penghasil hormone
4. Untuk
mengetahui beberapa gangguan yang terjadi pada system hormone serta terpi
farmakologinya
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Definisi
Hormon
Kata hormone berasal
dari bahasa Yunani hormon yang artinya membuat
gerakan atau membangkitkan. Hormone
mengatur berbagai proses yang mengatur kehidupan. Hormon adalah zat yang
dilepaskan ke dalam aliran darah dari suatu kelenjar atau organ, yang
mempengaruhi kegiatan di dalam sel-sel. Sebagian besar hormon merupakan protein
yang terdiri dari rantai asam amino dengan panjang yang berbeda-beda. Sisanya
merupakan steroid, yaitu zat lemak yang merupakan derivat dari kolesterol.
Hormon dalam jumlah yang sangat kecil bisa memicu respon tubuh yang sangat
luas. Hormon terikat kepada reseptor di permukaan sel atau di dalam sel. Ikatan
antara hormon dan reseptor akan mempercepat, memperlambat atau merubah fungsi
sel.
Hormon mengendalikan
fungsi dari organ secara keseluruhan:
a. Hormon
mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan, perkembangbiakan dan ciri-ciri
seksual
b. Hormon
mempengaruhi cara tubuh dalam menggunakan dan menyimpan energy
c. Hormon
juga mengendalikan volume cairan dan kadar air dan garam di dalam darah.
Beberapa hormon hanya
mempengaruhi 1 atau 2 organ, sedangkan hormon yang lainnya mempengaruhi seluruh
tubuh. Misalnya, TSH dihasilkan oleh kelenjar hipofisa dan hanya mempengaruhi
kelenjar tiroid. Sedangkan hormone tiroid dihasilkan oleh kelenjar tiroid,
tetapi hormon ini mempengaruhi sel-sel di seluruh tubuh. Insulin dihasilkan
oleh sel-sel pulau pankreas dan mempengaruhi metabolisme gula, protein serta
lemak di seluruh tubuh.
Berdasarkan struktur
kimianya, diklasifikasikan sebagai hormon yang larut dalam air atau yang larut
dalam lemak. Hormon yang larut dalam air termasuk polipeptida (misalnya
dopamine, noreponefrin, epinefrin). Hormon yang larut dalam lemak termasuk
steroid (misalnya estrogen, progesterone, testosterone, glukokortikoid,
aldosteron) dan tironin (misalnya tiroksin). Hormone yang larut dalam air
bekerja melalui system messenger-kedua, sementara hormon steroid dapat menembus
membran sel dengan bebas.
Meskipun setiap hormon
adalah unik dan mempunyai fungsi dan struktur tersendiri, namun semua hormone
mempunyai karakteristik berikut. Hormon disekresi dalam salah satu dari tiga
pola berikut :
1. Sekresi
diurnal adalah pola yang naik dan
turun dalam periode 24 jam. Kortisol adalah contoh hormone diurnal. Kadar
kortisol meningkat pada pagi hari dan menurun pada malam hari.
2. Pola
sekresi hormonal pulsasif dan siklik naik dan turun sepanjang waktu
tertentu, seperti bulanan. Estrogen adalah hormone siklik dengan puncak dan
lembahnya menyebabkan siklus menstruasi.
3. Tipe
sekresi hormonal variable dan
tergantung pada kadar substrat lainnya. Hormone paratiroid di sekresi dalam
berespos terhadap kadar kalsium serum.
Hormon bekerja dalam
sistem umpan balik. Loop umpan balik dapat suatu lingkungan positif atau
negatif dan memungkinkan tubuh untuk dipertahankan dalam suatu lingkungan
optimal. Hormone mengontrol laju aktivitas seluler. Hormone tidak mengawali
perubahan kimia. Hormone hanya mempengaruhi sel-sel yang mengandung reseptor
yang sesuai, yang melakukan funsi spesifik. Hormone mempunyai fungsi dependen
dan interdependen.
B.
Mekanisme
Kerja Hormon
1. Reseptor
Hormon
Hormon bekerja melalui pengikatan dengan reseptor
spesifik. Pengikatan dari hormon ke reseptor ini pada umumnya memicu suatu
perubahan penyesuaian pada reseptor sedemikian rupa sehingga menyampaikan
informasi kepada unsur spesifik lain dari sel. Reseptor ini terletak pada
permukaan sel atau intraselular. Interaksi permukaan hormon reseptor memberikan
sinyal pembentukan dari "mesenger kedua". Distribusi dari reseptor
hormon memperlihatkan variabilitas yang besar sekali. Reseptor untuk beberapa
hormon, seperti insulin dan glukokortikoid, terdistribusi secara luas,
sementara reseptor untuk sebagian besar hormon mempunyai distribusi yang lebih
terbatas. Adanya reseptor merupakan determinan (penentu) pertama apakah
jaringan akan memberikan respon terhadap hormon. Namun, molekul yang berpartisipasi
dalam peristiwa pasca-reseptor juga penting; hal ini tidak saja menentukan
apakah jaringan akan memberikan respon terhadap hormon itu tetapi juga kekhasan
dari respon itu. Hal yang terakhir ini memungkinkan hormon yang sama memiliki
respon yang berbeda dalam jaringan yang berbeda.
2.
Interaksi Hormon-Reseptor
Hormon menemukan permukaan dari sel melalui
kelarutannya serta disosiasi mereka dari protein pengikat plasma. Hormon yang
berikatan dengan permukaan sel kemudian berikatan dengan reseptor. Pada beberapa
kasus (contohnya, estrogen), hormon juga perlu untuk mempenetrasi inti sel
(kemungkinan melalui pori-pori dalam membrana inti) untuk berikatan dengan reseptor
inti-setempat. Umumnya hormon berikatan secara reversibel dan non-kovalen
dengan reseptornya. Ikatan ini disebabkan tiga jenis kekuatan. Pertama,
terdapat pengaruh hidrofobik pada hormon dan reseptor berinteraksi satu sama
lain dengan pilihan air. Kedua, gugusan bermuatan komplementer pada hormon dan
reseptor mempermudah interaksi. Pengaruh ini penting untuk mencocokkan hormon
ke dalam reseptor. Ketiga, daya van der Waals, yang sangat tergantung pada
jarak, dapat menyumbang efek daya tarik terhadap ikatan.
Pada beberapa kasus, interaksi hormon-reseptor lebih
kompleks. Hal ini sebagian besar terjadi jika hormon yang berinteraksi dengan
suatu kompleks reseptor dengan subunit yang majemuk dan di mana pengikatan dari
hormon dengan sub unit pertama mengubah afinitas dari subunit lain untuk
hormon. Hal ini dapat meningkat (kerjasama positif) atau menurun (kerjasama
negatif) afinitas dari hormon untuk reseptor itu.
3.
Hormon Agonis, Antagonis dan Agonis
Parsial
Suatu agonis sepenuhnya menginduksi reseptor untuk
memicu peristiwa pascareseptor. Suatu antagonis mampu untuk berikatan dengan
reseptor dan memblokir pengikatan dari agonis, tetapi tidak memicu respon
pascareseptor. Dengan cara ini, ia tidak menimbulkan suatu respons tetapi
memblokir respons terhadap agonis, asalkan ia ditemukan dalam konsentrasi yang
cukup untuk memblokir pengikatan agonis. Pada umumnya, antagonis berikatan
dengan tempat yang sama pada reseptor seperti agonis , namun pada beberapa
keadaan, antagonis dapat berikatan dengan reseptor pada tempat yang berbeda dan
memblokir pengikatan agonis melalui perubahan alosterik dalam reseptor. Suatu
agonis parsial (antagonis parsial) merupakan suatu perantara; ia berikatan
dengan reseptor tetapi hanya menimbulkan suatu perubahan parsial , sehingga
walaupun reseptor diduduki secara penuh oleh agonis parsial, respon hormon akan
tidak sepenuhnya.
4.
Pengikatan Hormon Non-Reseptor
Reseptor bukan merupakan satu-satunya protein yang
mengikat hormon-banyak protein lain juga mengikatnya. Dalam hal ini termasuk
protein pengikat plasma dan molekul seperti alat transpor lainnya yang lazim
ditemukan dalam jaringan perifer, enzim yang terlibat dalam metabolisme atau
sintesis dari steroid, dan protein lain yang belum diidentifikasi hingga
sekarang. Protein ini dapat mengikat hormone seketat atau tebih ketat ketimbang
reseptor; namun, mereka berbeda dari reseptor di mana mereka tidak
mentransmisikan informasi dari pengikatan ke dalam peristiwa pasca reseptor. Yang
paling diteliti secara luas adalah "reseptor" lipoprotein
berdensitas-rendah (LDL) yang mengikat partikel LDL pembawa-kolesterol dan
menginternalisasinya . Reseptor ini penting untuk ambilan kolesterol,
contohnya, dalam sel-sel dari adrenal untuk biosintesis steroid dan dalam hati
untuk membersihkan plasma dari kotesterol. Cacat genetik reseptor ini menimbulkan
hiperkolesterolemia. Partikel LDL yang diinternalisasi dapat memberikan
kolesterol untuk sintesis steroid atau penyisipan ke dalam membran sel. Di
samping itu, kolesterol yang dilepaskan dari partikel menghambat umpan balik sistesis
kolesterol. Dengan demikian, reseptor IDL, secara tepat, bukan reseptor tetapi LDL
yang mengambil protein.
Molekul reseptor dan non-reseptor pengikat hormon
biasanya dibedakan melalui sifat-sifat pengikatannya serta kemampuan untuk
memperantarai respon pascareseptor. Reseptor akan mampu untuk mentransfer
responsivitas hormon dengan eksperimen transfer gen.
C. Kelenjar Endokrin
Pada makhluk hidup, khususnya manusia hormon
dihasilkan oleh kelenjar yang tersebar dalam tubuh. Kelenjar endokrin, adalah
kelenjar penghasil hormon yang tidak memiliki saluran pembuangan (buntu), tapi
masuk ke peredaran darah. Cara kerja hormon di dalam tubuh tidak dapat
diketahui secara cepat perubahannya, akan tetapi memerlukan waktu yang lama.
Tidak seperti sistem saraf yang cara kerjanya dengan cepat dapat dilihat
perubahannya. Hal ini karena hormon yang dihasilkan akan langsung diedarkan
oleh darah melalui pembuluh darah, sehingga memerlukan waktu yang panjang.
Beberapa organ memiliki fungsi ganda: memproduksi
hormone dari satu kelompok sel dan zat lain dari kelompok sel lain (misalnya, pankreas
memproduksi insulin dan glukagon, dua hormone, dan juga getah pancreas).
Kelenjar endokrin pada manusia terdiri atas kelenjar hipofisis, kelenjar tiroid
dan kelenjar paratiroid, kelenjar adrenal, kelenjar timus, kelenjar pencernaan
dan pancreas, kelenjar pinealis dan kelenjar kelamin.
a. Kelenjar
Hipofisis
Kelenjar hipofisis terletak dalam fossa
hypophysialis (sella tursica), cekungan dalam pada permukaan atas corpus os
spenoidale. Lembaran dura mater menutupi lubang fosa. Infundibulum hypofisis
menghubungkan hipotalamus dengan kelenjar, berjalan melalui lubang pada dura
mater. Kelenjar ini terdiri dari dua lobus yaitu anterior dan posterior. Lobus
anterior terdiri dari kolom sel-sel, yang bercabang tidak teratur dan
dipisahkan oleh sinusoid tempat darah bersirkulsi. Lobus posterior lebih kecil
daripada anterior dan terdiri dari serat saraf, neuroglia, dan pembuluh darah.
Hipofisis lobus anterior disebut juga sebagai
kelenjar utama system endokrin karena efek dari hormone ini pada kelenjar
endokrin lain. Hormon yang dihasilkan oleh hiposis lobus anterior yaitu :
1. Hormone
pertumbuhan (GH) : menyebabkan retensi nitrogen dalam tubuh dan sangat penting
untuk pertumbuhan. GH disekresi pada orang dewasa, anak-anak dan remaja dan
memiliki efek pada metabolism karbohidrat dan lemak dan sifat anti insulin.
2. Thyroid-stimulating
hormone (TSH) : merangsang kelenjar tiroid untuk menghasilkan tiroksin dan
tri-yodotironin. Produksi hormone ini oleh hipotalamus dan pelepasannya dari
kelenjar dikendalikan oleh kadar tiroksin dalam darah.
3. Hormone
adrenokortikotropik (ACTH) : merangsang korteks kelenjar adrenal menghasilkan
glukokortikoid. Sekresinya dikendalikan oleh jumlah kortisol dalam darah.
4. Hormone
gonadotropik (gonadotropin) : bekerja pada kelenjar seks. Pada pria
interstitial cells-stimulating hormone (ICSH) merangsang sel-sel interstisial
testis untuk menghasilkan androgen. Pada wanita ada dua. Yang pertama
follicle-stimulating hormone (FSH) menyebabkan pematangan folikel ovarium
tempat ovum berkembang dan yang kedua yaitu luteinizing hormone (LH), yang sama
dengan ICSH, berkombinasi dengan FSH untuk menyempurnakan pematangan folikel
dan merangsang perkembangan korpus luteum. Pada titik kritis FSH menghilang dan
LH meningkat, terjadi ovulasi. Pematanagn folikel menyekresi estrogen, dan
setelah ovulasi, korpus luteum menyekresi estrogen dan progesterone.
5. Prolaktin
: hormone ini, diproduksi dalam kelenjar hipofisis dan tidak dalam hipotalamus,
terlibat dalam stimulasi dan memperthankan laktasi payudara.
Hipofisis lobus posterior, hormone diproduksi
didalam hipotalamus dan mengalir melalui serat saraf ke lobus posterior
kelenjar hipofisis. Hormn yang dihasilkan yaitu :
1. Hormone
antidiuretik : merangsang tubulus distal ginjal untuk mereabsorbsi air dari
cairan didalamnya.
2. Oksitosin
: terlibat dalam kerja uterus saat melahirkan (fungsinya belum jelas) dan
kontraksi otot saluran payudara, menyebabkan susu diperas dari saluran dalam ke
saluran superfisial.
b. Kelenjar
tiroid dan klenjar paratiroid
Kelenjar
tiroid adalah
kelenjar gondok yang terletak di depan trakea di bawah jakun. Kelenjar tiroid
memproduksi dua jenis hormone aktif, yaitu levotiroksin (T4 ) dan
triiodotironin (T3). Kedua hormon tiroid tersebut disintesis oleh kelenjar
tiroid akibat stimulasi hormone penstimulasi tiroid (TSH). Sebagian besar (±85%)
hormon tiroid yang disekresikan dalam peredaran darah oleh kelenjar tiroid
adalah T4, selebihnya (±15%) adalah T3. Di dalam hepar, ginjal dan otot skelet,
T4 diubah oleh 5’-monodeiodinase menjadi T3. Selain T4 dan T3, baru-baru ini
diidentifikasi adanya derivate hormon tiroid yang disebut tironamin (TAM) yang
juga mempunyai aktivitas fi siologis. TAM merupakan hormon tiroid hasil proses dekarboksilasi
T4 yang berlangsung dalam sitoplasma.
Kelenjar paratiroid adalah
kelenjar anak gondok yang berjumlah 4 buah dan menempel di belakang kelenjar
tiroid. Terdapat empat kelenjar paratiroid kecil. Setiap kelenjar berdiameter
sekitar 3 mm, terletak dibelakang kelenjar tiroid atau terbenam dalam kapsul
kelenjar tiroid, sepasang diatas dan sepasang di bawah. Kelenjar ini dapat
mempunyai ukuran dan jumlah yang bervariasi dan kadang-kadang ditemukan di
bagian dalam kelenjar tiroid atau dibelakang faring atau dalam toraks.
Hormone paratiroid meningkatkan
jumlah kalsium dalam plasma darah dengan mentransfer kalsium dari tulang ke
dalam plasma, meningkatkan reabsorpsi kalsium oleh tubulus ginjal, sehingga
sekresi dalam urin berkurang, dan meningkatkan absorpsi kalsium oleh usus.
Peningkatan kalsium plasma menurunkan sekresi hormone paratiroid dan
meningkatkan tirokalsitonin yang disekresi oleh kelenjar tiroid.
c.
Kelenjar
adrenal
Kelenjar adrenal (suprarenalis)
terletak pada bagian belakang abdomen dan tepat diatas ginjal, meliputi kutb
atas ginjal. Kelenjar ini mempunyai tinggi sekitar 5 cm, lebar 2,5 cm pada
dasarnya dan tebal 1 cm, sisi kiri lebih pipih daripada sisi kanan dan lebih
berbentuk bulan sabit. Setiap kelenjar terdiri dari korteks kuning dan medulla
yang berwarna merah keabuan.
Korteks menghasilkan tiga
kelompok hormone dengan struktur dasar yang sama, yaitu :
1.
Glukokortikoid
Sekresi glukokortikoid diatur oleh
ACTH dari kelenjar hipofisis. Kortisol (hidrokortison) adalah yang paling
penting (i) antagonis insulin, menyebabkan glikogen dideposit dalam hati,
meningkatkan gula darah dan mengambat ambilan glukosa oleh jaringan, (ii)
memecah protein jaringan, yang diubah dalam hati menjadi glikogen, (iii)
terlibat dalam control pertukaran air dan elektrolit antara sel dan ruang
ekstraselular.
2.
Mineralokortikoid
Aldosteron mengatur keseimbangan
natrium dalam tubuh dengan bekerja pada tubulus ginjal. Hormone ini menigkatkan
ekskresi kalium. Sekresinya diatur oleh kadar kalium plasma dan produksi rennin
oleh ginjal. Kortikosteroid adalah istilah untuk menggambarkan glukortikoid dan
mineralokortikoid.
3.
Androgen
Diproduksi pada pria, bertanggung
jawab untuk perkembangan cirri seksual sekunder pria (pertumbuhan rambut wajah,
suara menjadi berat). Kerjanya lebih lemah daripada testosterone.
Medulla menghasilkan adrenalin
dan noradrenalin. Secara kimia adrenalin dan noradrenalin hanya sedikit berada
dan memiliki kerja yang serupa tetapi tidak identik. Sekresinya menyebabkan
respon terhadap stress, bekerja sebagai perangsang system simpatis dan membuat
tubuh mampu mengambil kerja efektif dalam menghadapi situasi berbahaya atau
potensial berbahaya.
d.
Kelenjar
pancreas dan pencernaan
Kelenjar pancreas adalah
sekelompok sel-sel yang terletak diantara sel penyekresi getah pancreas. Pulau
Langerhans menghasilkan hormon glukagon pada sel α, sedangkan hormon insulin
pada sel β. Hormon glukagon dan insulin adalah hormon yang bekerja secara
antagonis. Keduanya berfungsi untuk mengatur metabolisme glukosa dalam tubuh. Pengaturan
glukosa oleh hormon glukagon dan insulin dilakukan dengan mekanisme rest and
digest:
1)
Jika
kadar gula darah rendah, maka glukagon merangsang hati untuk mengubah glikogen
menjadi glukosa ke darah.
2)
Jika
kadar gula darah tinggi, maka insulin:
·
Merangsang
sel hati dan sel lain untuk mengabsorpsi lebih banyak glukosa
·
Meningkatkan
laju respirasi seluler
·
Merangsang
sel lemak untuk mengubah glukosa menjadi lemak
Gastrin adalah hormone yang dihasilkan oleh sel-sel
tertentu dalam membrane mukosa lambung. Hormone ini disekresi ke dalam darah
sebagai respon terhadap penurunan konsentrasi asam dalam lambung. Fungsi
gastrin adalah merangsang sekresi asam oleh lambung, mempertahankan tonus dan
kompetensi sfingter esophagus tempat esophagus membuka dalam lambung, dengan
mempertahankan sfingter ini tetap ketat. Sfingter mencegah isi lambung kembali
ke esophagus.
Sekretin adalah hormone yang dihasilkan oleh sel-sel
duodenum akibat masuknya asam dari lambung ke dalam duodenum. Hormone ini
merangsang sekresi getah pancreas. Kolesistokini pankreozim (dihasilkan oleh
sel-sel usus halus terhadap masuknya makanan) merangsang sekresi getah pancreas
dan menyebabkan kontraksi kandung empedu.
D. Beberapa Gangguan pada sistem hormon
dan terapi farmakologinya
Jika kelenjar endokrin mengalami kelainan fungsi,
maka kadar hormon di dalam darah bisa menjadi tinggi atau rendah, sehingga
mengganggu fungsi tubuh. Penyakit yang dapat timbul akibat dari kelebihan atau
kekurangan hormon diantaranya :
1. Gangguan
pada Hormon pertumbuhan (GH=Somatotropin)
Fungsi fisiologi hormon pertumbuhan yang paling
jelas adalah terhadap pertumbuhan. Defisiensi hormon ini menyebabkan kekerdilan
(dwarfisme), sedang kelebihan hormone ini menyebabkan gigantisme (keraksasaan)
pada anak dan akromegali pada orang dewasa. Hormon pertumbuhan terbukti
berpengaruh pada penyakit diabetes mellitus. Pasien diabetes sangat sensitive
terhadap terjadinya hiperglikemia oleh hormone pertumbuhan.
Sekresi hormone pertumbuhan secara fisiologis diatur
oleh hipotalamus. Hipotalamus menghasilkan factor penglepas hormone pertumbuhan
(GHRF = growth hormone releasing factor) yang merangsang sekresi hormone
pertumbuhan. Selain itu dalam hipotalamus juga dijumpai somatostatin (GH-RIH =
growth hormone releasing inhibitory hormone) yang menghambat sekresi beberapa
hormone antara lain hormone pertumbuhan.
Sekresi hormone pertumbuhan yang berlebihan dapat di
tekan dengan pemberian agonis dopamine. Dopamine diketahui merangsang sekresi hormone pertumbuhan pada
orang normal, tetapi pada akromegali dopamine justru menghambat sekresi hormone
tersebut. Bromokriptin, suatu agonis dopamine derivate ergot, dipakai untuk menekan
sekresi hormone pertumbuhan pada pasien tumor hipofisis. Efek bromokriptin
tidak langsung terlihat, penurunan kadar ormon dalam darah terjadi setelah
pengobatan dalam jangka panjang. Beberapa sediaan yang digunakan untuk hormone
pertumbhan yaitu :
a)
Somatrem yaitu hormone pertumbuhan yang
dihasilkan dengan cara rekayasa genetik. Dindikasikan untuk defisiensi hormone
pertumbuhan pada anak. Suntikan lepas lambat yang melepas obat perlahan-lahan
dapat diberikan secara subutan sebulan sekali. Sediaan ii dapat menyebabkan
terjadinya hiperglikemia dan ketosis pada pasien dengan riwayat diabetes
mellitus.
b)
Somatomedin alah sekelompok mediator
factor pertumbuhan yang terdapat dalam serum manusia. Zat ini bertambah pada
akromegali dan menghilang pada pituitarisme. Somatomedin dibuat terutama di
hepar, selain itu juga di ginjal dan otot. Somatomedin menghambat hormone
pertumbuhan melalui mekanisme umpan balik.sejumlah kecil pasien dengan gangguan
pertumbuhan familial tak memiliki cukup somatomedin meskipun kadar pertumbuhannya
normal, dan pemberian hormone pertumbuhan pada pasien ini tidak memperbaiki
gangguan pertumbuhan.
c)
Mekasermin, diindikasikan untuk kasus
defisiensi IGF-1 yang tidak responsif terhadap GH karena terjadi mutasi pada
reseptor dan terbentuknya antibody yang menetralisir GH. Efek samping yang
utama yaitu hipoglikemia. Untuk mencegah efek samping ini harus makan dulu 20
menit sebelum atau sesudah pemberian mekasermin subkutan.
2.
Gangguan pada hormon tiroid
Gangguan pada hormone tiroid ada dua yaitu hipofungsi
tiroid dan hiperfungsi tiroid.
a)
Hipofungsi tiroid
Hipotiroidisme, bila hebat disebut miksedema
merupakan penyakit gangguan tiroid yang paling umum. Hampir diseluruh dunia,
hal ini disebabkan karena defisiensi yodium pada daerah non endemik dimana yodium
cukup tersedia, umumnya disebabkan karena tiroiditis auto imun yang kronik
(tiroiditis hashimto). Penyakit ini ditandai oleh tingginya antibody terhadap
peroksidase tiroid di sirkulasi, dan mungkin juga dengan kadar trioglobulin
yang tinggi meski ini lebih jarang terjadi. Dapat juga terjadi hambatan
antibodi terhadap reseptor TSH, terjadi eksaserbasi hipotiroidisme.
Tiroksin (Na-levotiroksin, L-T4) merupakan obat
pilihan utama untuk replacement therapy pada hipotiroidisme atau kretinisme,
karena potensinya konsisten dan lama kerjanya panjang. Absorpsinya di usus
halus bervariasi dan tidak lengkap. Levotiroksin juga digunakan untuk
menormalkan TSH. Peningkatan TSH merupakan suatu hipotioidismedengan sedikit
gejala klinis. Koma miksedema yaitu sidroa yang jarang terjadi dan diakibatkan
oleh hipotiroidisme yang hebat dan berlangsung lama. Keadaan ini termasuk gawat
darurat, meskipun segera diobati, mortalitasnya 60%. Pemberian IV 200-300 µg
levotiroksin, sesudah 24 jam diberka lagi 100 µg. pada pasien dengan usia
kurang dari 50 tahun tanpa penyakit jantung dapat diberikan bolus tiroksin 500
µg oral atau melalui nasogastric tube.
b)
Hiperfungsi tiroid
Tirotoksikosis adalah keadaan yang
disebabkan oleh meningkatnya hormone tiroid bebas dalam darah. Sindroma ini
dapat disebabkan oleh berbagai hal. Hipertiroidisme adalah keadaan dimana
produksi dan sekresi hormone tiroid meningkat akibat hiperfungsi kelenjar
tiroid. Pada keadaan ini uptake yodium oleh kelenjar meningkat, ini di buktikan
dengan tes uptake yodium radioaktif (radioactive iodine uptake= RAIU) selama 24
jam.
Pada destruksi kelenjar tiroid dan
tiroksikosis akibat penggunaan hormon tiroid eksogen akan didapati kadar RAIU
yang rendah. Tiroksikosis dengan RAIU rendah akibat tiroiditis subakut disertai
rasa sakit dan troiditis tanpa rasa sakit (silent) terjadi sekitar 5% sampai
20% dari seluruh kasus. Hampir semua keluhan dan gejala tiroksikosis terjadi
karena pembentukan panas yang berlebihan, peningkatan aktivitas motorik dan
aktivitas saraf simpatis. Kulit kemerahan, panas, lembab, otot lemah dan
terlihat tremor, frekuensi denyut nadi dan jantung cepat.
Penghambat ion yodida adalah obat yang dapat
mnghambat transport aktif ion yodida ke dalam kelenjar tiroid. Obat tresebut
anion monovalen yang bentuk hidratnya mempunyai ukuran hamper sebesar hidrat
ion yodida. Mekanisme kerja obat ini denga menghambat secara kompetitif
sodium-iodide symporter (natriumpiodide sympoter= NIS) yang dapat enghambat
masuknya yodium. Perklorat kekuatanya kira-kira 10 kali kekuatan tiosianat.
Perklorat meskipun ditimbun dalam tiroid, tidak dimetabolisme dalam kelenjar
tersebut dan diekskresi dalam bentuk utuh. Natrium dan kalium perklorat memang
bermanfaat sekali untuk pengobatan hipertiroidisme terutama yang diinduksi oleh
amiodaron atau yodium.
Yodida merupakan obat tertua yang digunakan untuk
pengobatan hipertiroidisme sebelum ditemukan berbagai macam antitiroid.
Pemberian yodida pada pasien hipertiroidisme menghasilkan efek terapi yang
nyata, dalam hal ini yodida menekan fungsi tiroid. Yodida terutama digunakan
pada persiapan operasi tiroid pada hipertiroidisme. Biasanya yodida tidak
diberikan sendiri tetapi diberikan setelah gejala hipertiroidisme diatasi
dengan antitiroid, yaitu diberikan 10 hari sebelum operasi dilakukan. Yodida
sebaiknya tidak digunakan sebagai terapi tunggal karena terapi yodida saja
tidak dapat sepenuhnya mengendalika gejala hiperteroidisme.
3.
Gangguan pada hormone paratiroid
Gangguan pada fungsi hormone paratiroid yaitu
hipoparatiroidisme dan hiperparatiroidisme. Pengangkatan atau hipofungsi
kelenjar paratiroid yang tidak diketahui sebabnya (hipoparatiroidisme
idiopatik) data menyebabkan suatu sindroma akibat langsung hipokalesemia atau
akibat penurunan ambang rangsang membran yang terpolarisasi. Gejala klinik
hipoparatiroidisme antara lain tetani, parestesia, spasme laring, spasme otot
dan konvulsi. Keadaan ini disebabkan karena defisiensi ca dan vitamin D,
misalnya akibat gangguan absorpsi atau jumlahnya yang tidak cukup dalam diet.
Hiperpartiroidisme primer, dapa disebabkan
hipersekresi kelenjar paratiroid (hyperplasia, adenoma atau karsinoma) atau
karena sekresi polipeptida yang menyerupai HPT yang berasal dari suatu tumor.
Hiperparatiroidisme sekunder terhadap menurunnya Ca2+ plasma, dapat
merangsang sekresi HPT. Keadaan ini dapat terjadi pada gangguan absorpsi Ca2+
atau gangguan fungsi ginjal.
Terapi paratiroidisme primer dilakukan dengan
reseksi kelenjar yang hiperplastik atau adenoma. Pembedahan ini akan
mengembalikan pasien ke keadaan euparatiroid dan mencegah kerusakan ginjal dan
disolusi tulang lebih lanjut. HPT hanya dapat diberikan secara parenteral,
pemberian oral akan dirusak ezim saluran cerna. Masa paruhnya sekitar 20 menit,
degradasinya terjadi dihepar dan ginjal.
4.
Diabetes Melitus
Diabetes mellitus adalah suatu sindroma klinik yang
ditandai oleh poliuri, polidipsi dan polifagi, disertai peningkatan kadar
glukosa darah atau hiperglikemia (glukosa puasa ≥ 126 mg/dL atau postprandial ≥
200 mg/dL atau glukosa sewaktu ≥ 200 mg/dL).
Pada DM defisiensi insulin menyebabkan hambatan transport asam amino ke
dalam sel serta inkorporasinya menjadi molekul protein. Meliha etiologinya DM
dapat dibedakan menjadi: DM tipe 1, adanya gangguan produksi insulin akibat
penyakit autoimun atau idiopatik. Tipe ini sering disebut insulin dependent
diabetes mellitus atau IDDM karena pasien mutlak memerlukan insulin. DM tipe 2,
akibat resistensi insulin atau gangguan sekresi insulin. Pada tipe 2 ini tidak
selalu dibutuhkan insulin, kadang-kadang cukup dengan diet dan antidiabetik
oral. Karenanya tipe ini juga disebut noninsulin dependent diabetes mellitus
atau NIDDM.
Insulin masih erupakan obat utama untuk DM tipe 1
dan beberapa jenis DM tipe 2, tetap banyak pasien DM yang enggan disuntik
insulin, kecuali dalam keadaan terpaksa. Suntikan insulin dapat dilakukan
dengan berbagai cara antara lain intravena, intramuscular dan umumnya pada
penggunaan jangka panjang lebih disukai pemberian subkutan (SK). Insulin
subkutan terutama diberikan pada DM tipe 1, DM tipe 2 yang tidak dapat diatasi
hanya dengan diet dan atau antidiabetik oral, pasien DM pascapankreatektomi
atau DM dengan kehamilan, DM dengan ketoasidosis, koma nonketosis atau
komplikasi lain, sebeum tindakan operasi (DM tipe 1 dan 2). Tujuan pemberian
insulin pada semua keadaan tersebut bukan saja untuk menormalkan glukosa darah
tetapi juga memperbaiki semua aspek metabolisme.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas maka dapat ditarik
kesimpulan dari makalah ini yaitu :
1.
Hormon adalah zat yang dilepaskan ke
dalam aliran darah dari suatu kelenjar atau organ, yang mempengaruhi kegiatan
di dalam sel-sel.
2.
Mekanisme kerja hormon yaitu :
·
Reseptor Hormon : Hormon bekerja melalui
pengikatan dengan reseptor spesifik
·
Interaksi hormon-reseptor : Hormon yang
berikatan dengan permukaan sel kemudian berikatan dengan reseptor
·
Hormon Agonis, Antagonis dan Agonis
Parsial
Ø Agonis
sepenuhnya menginduksi reseptor untuk memicu peristiwa pascareseptor
Ø Antagonis
mampu untuk berikatan dengan reseptor dan memblokir pengikatan dari agonis,
tetapi tidak memicu respon pascareseptor
Ø Agonis
parsial (antagonis parsial) merupakan suatu perantara; ia berikatan dengan
reseptor tetapi hanya menimbulkan suatu perubahan parsial
· Pengikatan
Hormon Non-Reseptor : Bukan hanya reseptor yang dapat mengikat hormone tetapi
protein lain juga dapat mengikat hormon seperti protein pengikat plasma.
Protein ini dapat mengikat hormone seketat atau tebih ketat ketimbang reseptor.
3.
Kelenjar endokrin, adalah kelenjar penghasil
hormon yang tidak memiliki saluran pembuangan (buntu), tapi masuk ke peredaran
darah.
4.
Gangguan pada system hormone
- Gangguan
pada Hormon pertumbuhan (GH=Somatotropin)
ü Dwarfisme
(kekerdilan)
ü Gigantisme
(keraksaan)
·
Gangguan pada hormone tiroid
ü Hipertiroidisme
ü Hipotiroidisme
·
Gangguan pada hormone paratiroid
ü Hiperparatiroidisme
ü Hipoparatiroidisme
·
Diabetes mellitus (DM)
No comments:
Post a Comment