KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun
panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
petunjuk-nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Toksisitas, alkohol, glikol, dan
aldehid” tepat pada waktunya.
Penulis berharap dengan
adanya makalah ini, dapat memuaskan rasa keingintahuan teman-teman serta dapat
menambah pengetahuan mengenai Toksisitas. Penulis juga berharap makalah ini
dapat berguna dalam aplikasi kehidupan sehari-hari. Penulis berharap makalah
ini dapat dipakai sebagai petunjuk dan rujukan untuk mengetahui peranan bakteri
dan fungi di dunia farmasi.
Penulis tentu menyadari
bahwa masih banyak ketidaksempurnaan yang terdapat dalam makalah ini. Kami
mohon maaf apabila terdapat kesalahan-kesalahan dalam penyusunan serta penyampaian
isi dalam makalah ini.
Kendari, Mei 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………...
DAFTAR ISI……………………………………………………………….
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….
A.
Latar Belakang……………………………………………………...
B.
Rumusan Masalah…………………………………………………..
C.
Tujuan……………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………...
A.
Pengertian Toksisitas Alkohol, Glikol,
Dan Aldehid ………………
B.
Mekanisme Toksisitas Alkohol, Glikol,
Dan Aldehid ……………..
C.
Toksikokinetik Dari Alkohol, Glikol, Dan
Aldehid ……………….
D.
Karakteristik Toksisitas Alkohol,
Glikol, Dan Aldehid ………….
E.
Manajemen Terapi Untuk Toksisitas
Alkohol, Glikol, Dan Aldehid
BAB III PENUTUP………………………………………………………...
A. Kesimpulan………………………………………………………….
B. Saran………………………………………………………………...
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Keracunan merupakan salah satu penyakit yang disebabkan
oleh bahan organik ataupun bahan anorganik yang masuk ke dalam tubuh sehingga
menyebabkan tidak normalnya mekanisme di dalam tubuh. Akibat-akibat dari
keracunan dapat menurunkan kesadaran bahkan pada kasus-kasus tertentu dapat
menyebabkan kematian, jika cara penanganan yang salah. Keracunan seperti yang
diketahui masyarakat luas, hanya menyerang bagian saluran pencernaan saja.
Namun sebenarnya keracunan dapat menyerang saluran pernafasan juga. Misalnya
keracunan akibat menghirup gas beracun yang dapat menyebabkan kepala pusing,
dan mual. Pada banyak kasus yang ada akibat keracunan sebagai “first stander”
dapat melakukan pertolongan pertama bagi setiap orang yang mengalami atau
menjadi korban keracunan.
Alkohol sering dipakai untuk menyebut etanol,
yang juga disebut grain alcohol; dan kadang untuk minuman
yang mengandung alkohol. Hal ini disebabkan karena memang etanol yang digunakan
sebagai bahan dasar pada minuman tersebut, bukan metanol, atau grup alkohol
lainnya. Begitu juga dengan alkohol yang digunakan dalam dunia famasi. Alkohol
yang dimaksudkan adalah etanol. Sebenarnya alkohol dalam ilmu kimia memiliki
pengertian yang lebih luas lagi.
Aldehid dinamakan menurut nama asam yang mempunyai jumlah
atom C sama pada nama alkana yang mempunyai jumlah atom sama. Pembuatan
aldehida adalah sebagai berikut: oksidasi alkohol primer, reduksi klorida asam,
dari glikol, hidroformilasi alkana, reaksi Stephens dan untuk pembuatan
aldehida aromatik
Glikol adalah
senyawa organik
yang digunakan sebagai bahan mentah dalam pembuatan fiber poliester, indutri
fabrik, serta polietilena tereftalat (PET) yang digunakan pada botol plastik.
Ada sebagian kecil yang juga digunakan sebagai pendingin. Senyawa ini tak
berwarna dan tak berbau serta berasa manis. Etilen glikol sedikit berbahaya,
tapi kasus keracunan akibat senyawa ini belum pernah terjadi.
Dari
penjelasan diatas maka disusunlah makalah “Toksisitas Alkohol, Glikol, dan
Aldehid.
B.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah
dalam makalah ini adalah :
1. Apa pengertian toksisitas alkohol,
glikol, dan aldehid ?
2. Bagaimana mekanisme toksisitas
alkohol, glikol, dan aldehid ?
3. Bagaimana toksikokinetik dari alkohol,
glikol, dan aldehid ?
4. Bagaimana karakteristik toksisitas
alkohol, glikol, dan aldehid ?
5. Bagaimana manajemen terapi untuk
toksisitas alkohol, glikol, dan aldehid ?
C.
Manfaat
Manfaat
yang diharapkan dari makalah ini adalah :
1. Mahasiswa dapat mengetahui apa pengertian
toksisitas alkohol, glikol, dan aldehid.
2. Mahasiswa dapat mengetahui
bagaimana mekanisme toksisitas alkohol, glikol, dan aldehid.
3. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana
toksikokinetik dari alcohol, glikol, dan aldehid.
4. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana
karakteristik toksisitas alkohol, glikol, dan aldehid.
5. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana manajemen
terapi untuk toksisitas alkohol, glikol, dan aldehid.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Toksistas Alkohol, Glikol, dan Aldehid
Alkohol
(etanol) adalah cairan transparan, tidak berwarna, cairan yang mudah bergerak,
mudah menguap, C2H5OH, dapat bercampur dengan air, eter,
dan kloroform, diperoleh melalui fermentasi karbohidrat dari ragi. Juga disebut
etil alkohol. Dalam tubuh manusia ada batas toleransi tertentu terhadap
alkohol, sehingga bila seseorang terlalu banyak mengkonsumsi alkohol, bisa
mengakibatkan bahaya keracunan (toksisitas), dan ini berefek buruk terhadap
kesehatan antara lain Alcoholic liver disease, sirosis hepatis, polyneuritis,
optik atrofi, daya ingat menurun, tremor, pancreatitis, alcoholic
cardiomyopathy, heart disease, faringitis kronis, defisiensi androgen dan
ethanol withdrawal syndrome yang meliputi akut alkoholik mania, abstinensia,
rasa takut terkontrol, sulit tidur dan suka berhalusinasi. Alkohol sendiri bisa
berperan sebagai sumber kalori bagi manusia, tetapi jika konsentrasi alkohol
dalam darah mencapai 100 mg/100 ml, akan timbul bahaya dan gejala-gejala
intoksikasi. Konsumsi alkohol yang kronis bisa mengakibatkan sirhosis karena
kerusakan hati.
Keracunan metanol
adalah keracunan akibat mengkonsumsi metanol yang dapat mengakibatkan gangguan
pada papil saraf optik secara simetris, asidosis metabolik dan bahkan kematian.
Metanol merupakan alkohol yang paling sederhana dengan rumus kimia CH3OH, berat
molekul 32,04 g/mol dan titik didih 64,5° C (147° F). Zat ini bersifat ringan,
mudah menguap, tak berwarna, mudah terbakar, beracun dan berbau khas.1-2
Metanol digunakan secara luas pada industri mobil sebagai larutan pembersih
kaca mobil, bahan anti beku, dan bahan campuran untuk bahan bakar.
Keracunan
metanol disebabkan karena oksidasi metanol oleh enzim dehidrogenase alkohol
menjadi formaldehid, dan selanjutnya dimetabolisme menjadi asam format oleh
dehidrogenase formaldehid. Asam format merupakan metabolit toksik yang berperan
pada terjadinya gangguan tajam penglihatan, asidosis metabolik, kebutaan dan
kematian pada penderita keracunan metanol. Gejala awal keracunan metanol adalah
gangguan pada tajam penglihatan. Gangguan tajam penglihatan umumnya terjadi
dalam 18 sampai 24 jam setelah minum/ terpapar metanol. Dampak keracunan
metanol pada setiap orang sangat bervariasi, dengan minimum lethal dose antara
300 sampai 1000 mg/kgbb. Dosis minimum yang mengakibatkan kebutaanbelum
diketahui, namun pernah dilaporkan kebutaan terjadi setelah minum metanol
sedikitnya 4 ml.
Penatalaksanaan
keracunan metanol antara lain dengan hemodialisis dan metilprednisolon 1000
mg/hr selama 3 hari berturut-turut dan dilanjutkan dengan prednison 1 mg/kgbb/
hari selama 11 hari selanjutnya dosis diturunkan sesuai kondisi klinis.7 Tujuan
hemodialisis adalah menghilangkan kadar metanol dari tubuh penderita dan untuk
mengeliminasi asam format.4-5 Hemodialisis dilakukan bila kadar metanol dalam
darah lebih dari 50 mg/dL atau bila pH darah kurang dari 7,35. Pemberian
metilprednisolon dan prednison bertujuan untuk mengurangi edema papil saraf
optik yang terjadi pada fase akut sehingga diharapkan mencegah terjadinya
kebutaan.
Etilen glikol
(EG) merupakan salah satu
bahan kimia yang
dapat mencemari lingkungan. Senyawa
ini merupakan produk yang
sering digunakan sebagai bahan
antibeku pada mobil
yang dapat menyebabkan keracunan
bahkan kematian pada hewan
dan manusia
Etilen glikol
(EG) merupakan salah satu
jenis krioprotektan yang banyak
digunakan untuk pembekuan embrio sapi, kambing,
tikus dan oosit tikus.
Etilen glikol mempunyai
efek toksik yang rendah
dibandingkan jenis krioprotektan yang lain.
Dewasa ini
pemakaian dan penggunaan EG
semakin meluas. Selain digunakan sebagai bahan antibeku, EG
juga digunakan pada alat
pendingin dan pemanas, kondensor
listrik, bahan pelarut cat,
industri plastik, serabut
sintesis, tinta printer, tinta
pulpen, industri lilin
sintesis, dan lain-lain. Pemakaian
EG yang semakin meluas ini
dapat mengakibatkan semakin meluasnya pencemaran
lingkungan oleh EG. Hal
ini semakin memperbesar
risiko yang kurang menguntungkan
terhadap hewan dan manusia
seperti keracunan bahkan kematian.
Johnson dan Pon menemukan bahwa pada
pemeriksaan histopatologis pada ayam yang mati akibat keracunan EG
memperlihatkan adanya
pengendapan kristal oksalat
pada organorgan tubuh seperti
ginjal, duodenum, dan otak. Selain itu,
hasil penelitian Calabrese menemukan bahwa
pada pemeriksaan histopatologis
pada ayam yang mati akibat keracunan
EG memperlihatkan adanya pengendapan kristal
oksalat pada organorgan tubuh seperti ginjal, duodenum,
dan otak. Selain itu,
hasil penelitian Calabresedan
Kenyon (1990) pada
tikus jantan menunjukkan bahwa
setelah pemberian EG terjadi peningkatan BUN, kreatinin, jumlah netrofil, volume
urin serta menurunnya jumlah eritrosit,
hematokrit, hemoglobin, dan adanya
gangguan fertilitas pada
tikus jantan tersebut.
B.
Mekanisme Toksisitas Alkohol, Glikol, dan Aldehid
1. Mekanisme Toksisitas Alkohol.
Alkohol mengganggu
keseimbangan antara eksitantasi dan inhibisi di otak, ini terjadi karena
penghambatan atau penekanan saraf perangsangan.Sejak lama diduga efek depresi
alcohol pada SSP berdasarkan melarutnya lewat membran iipid.Efek alcohol
terhadap berbagai saraf berbeda karena perbedaan distribusi fosfoliid dan
kolesterol di membran tidak seragam.Data eksperimental menyokong dugaan
mekanisme kerja alcohol di SSP serupa barbiturate.
Etanol adalah bahan cairan
yang telah lama digunakan sebagai obat dan merupakan bentuk alkohol yang
terdapat dalam minuman keras seperti bir, anggur, wiskey maupun minuman
lainnya.Etanol merupakan cairan yang jernih tidak berwarna, terasa membakar
pada mulut maupun tenggorokan bila ditelan.Etanol mudah sekali larut dalam air
dan sangat potensial untuk menghambat sistem saraf pusat terutama dalam
aktifitas sistem retikular.Aktifitas dari etanol sangat kuat dan setara dengan
bahan anastetik umum.Tetapi toksisitas etanol relatif lebih rendah daripada
metanol ataupun isopropanol. Secara pasti mekanisme toksisitas etanol belum
banyak diketahui.Beberapa hasil penelitian dilaporkan bahwa etanol berpengaruh
langsung pada membran saraf neuron dan tidak pada sinapsisnya (persambungan saraf).
Pada daerah membran tersebut etanol mengganggu transport ion. Pada
penelitian invitro menunjukkan bahwa ion Na+, K+, ATP ase
dihambat oleh etanol. Pada konsentrasi 5 – 10% etanol memblok kemampuan neuron
dalam impuls listrik, konsentrasi tersebut jauh lebih tinggi daripada
konsentrasi etanol dalam sistem saraf pusat secara invivo.
Pengaruh etanol pada sistem saraf pusat berbanding langsung dengan konsentrasi etanol dalam darah.Daerah otak yang dihambat pertama kali ialah sistem retikuler aktif.Hal tersebut menyebabkan terganggunya sistem motorik dan kemampuan dalam berpikir.Disamping itu pengaruh hambatan pada daerah serebral kortek mengakibatkan terjadinya kelainan tingkah laku.Gangguan kelainan tingkah laku ini bergantung pada individu, tetapi pada umumnya penderita turun daya ingatnya.Gangguan pada sistem saraf pusat ini sangat bervariasi biasanya berurutan dari bagian kortek yang terganggu dan merambat ke bagian medula
Pengaruh etanol pada sistem saraf pusat berbanding langsung dengan konsentrasi etanol dalam darah.Daerah otak yang dihambat pertama kali ialah sistem retikuler aktif.Hal tersebut menyebabkan terganggunya sistem motorik dan kemampuan dalam berpikir.Disamping itu pengaruh hambatan pada daerah serebral kortek mengakibatkan terjadinya kelainan tingkah laku.Gangguan kelainan tingkah laku ini bergantung pada individu, tetapi pada umumnya penderita turun daya ingatnya.Gangguan pada sistem saraf pusat ini sangat bervariasi biasanya berurutan dari bagian kortek yang terganggu dan merambat ke bagian medula
Etanol bekerja melalui
beberapa mekanisme. Etanol berikatan secara langsung dengan reseptor asam
gammaaminobutirat (GABA) pada susunan saraf pusat dan menyebabkan efek sedative
sama seperti benzodiazepine, dimana mereka berikatan dengan reseptor GABA yang
sama. Etanol juga merupakan antagonis glutamate N-metil-D-aspartat (NMDA) pada susunan
saraf pusat. Etanol mempunyai efek langsung pada otot jantuing, jaringan tiroid
dan jaringan hati.
Mekanisme
toksisitasnya yaitu:
a. Depresi sistem saraf pusat adalah efek utama dari
intoksikasi etanol akut. Etanol memiliki efek tambahan dengan penggunaan obat
depresi sisten saraf pusat lainnya seperti barbiturate, benzodiazepine,
antidepresan, dan antipsikotik.
b. Hipoglikemia dapat disebabkan oleh gangguan
glukoneogenesis pada pasien dengan cadangan glikogen kosong(terutama pada
anak-anak dan orang dengan malnutrisi berat).
c. Intoksikasi etanol dan alkoholik kronik merupakan
prediposisi pasien mendapatkan trauma, exposure-induced hypothermia, dan
sejumlah gangguan metabolik lain.
2. Mekanisme Toksisitas Aldehid
Formaldehid
dapat terbentuk dari hasil metabolisme metanol oleh alkohol dehidrogenase.
Selanjutnya oleh aldehid dehidrogenase menjadi formic acid (formate). Formate
dapat menyebabkan kerusakan pada optic disk, dan asidosis metabolik secara
langsung berhubungan dengan konsentrasi formate dalam darah.
Diagram 1. Mekanisme toksisitas
Aldehid
3. Toksisitas Glikol
Etilen
glikol dimetabolisme oleh alkohol dehidrogenase menjadi glikol aldehid, yang
kemudian dimetabolosme menjadi glikolik, glioksilik, dan asam oksalat. Asam
tersebut berhubungan dengan penumpukan asam ;aktat dan bertanggunggung jawab
untuk anion gap asidosis metabolik. Oksalat diendapkan dengan kalsium untuk
membentuk kristal kalsium oksalat yang tidak larut. Kerusakan jaringan
disebabkan oleh diposisi luas dari kristal oksalat dan efek toksik dari glikol
dan asam glioksilik.
Asidosis
metabolik dan disfungsi organ sebagai akibat utama pembentukan glikolik dan
asam oksalat dari metabolisme etilen glikol. Akumulasi dari asam glikolik
merupakan penyebab utama asidosis metabolik, tetapi glikolat juga mengganggu
respirasi sel dan efek ini dapat mempermudah terjadinya asidosis laktat pada
beberapa pasien. Gagal ginjal akut, disfungsi miokard, fungsi neurologis dan
disfungsi pulmonal sebagai akibat deposisi aksalat dan kalsium pada jantung,
ginjal, otak, dan paru-par. Deposisi dari kalsium oksalat pada jaringan juga
dapat menyebabkan hipokalsemia yang akan mendepresi fungsi jantungdan tekanan
darah.
Diagram 2. Mekanisme toksisitas
glikol.
C.
Toksikokinetik dari Alkohol, Glikol, dan Aldehid
1. Alkohol
Di balik kenikmatan sesaat setelah konsumsi minuman
beralkohol, tubuh akan mengalami serangkaian perubahan. Hal ini karena alkohol
yang masuk ke dalam tubuh akan langsung diserap dan menyebar melewati
organ-organ tubuh melalui aliran darah, dan sisanya masuk ke saluran
pencernaan, mulai dari kerongkongan, lambung, sampai ke usus untuk dialirkan ke
seluruh tubuh melalui peredaran darah. Jantung akan memompa darah bercampur
alkohol ini ke seluruh bagian tubuh, sampai ke otak. Baru terakhir, hati
(liver) akan membakar atau menghancurkan alkohol dibantu dengan enzim khusus
untuk dikeluarkan melalui air seni dan keringat.
Alkohol diabsorpsi dalam jumlah yang
sedikit melalui mukosa mulut dan lambung. Sebagaian besar (80%) diabsorpsi di
usus halus dan sisanya diabsorpsi di kolon.Kecepatan absorpsi tergantung pada
takaran dan konsentrasi alkohol dalam minuman yang diminum serta vaskularisasi
dan motalitas dan pengisisan lambung dan usus. Bila konsentrasi optimal alkohol
diminum dan dimasukkan ke dalam lambung kosong, kadar puncak dalam darah 30-90
menit sesudahnya. Alkohol mudah berdifusi dan distribusinya dalam jaringan
sesuai dengan kadar air jaringan tersebut. Semakin hidrofil jaringan semakin
tinggi kadarnya. Biasanya dalam 12 jam telah tercapai kesimbangan kadar alkohol
dalam darah, usus, dan jaringan lunak. Konsentrasi dalam otak, sedikit lebih
besar dari pada dalam darah.
Alkohol yang dikonsumsi 90% akan
dimetabolisme oleh tubuh terutama dalam hati oleh enzim alkoholdehidrogenase
(ADH) dan koenzim nikotinamid-adenin-dinukleotida (NAD) menjadi asetaldehid dan
kemudian oleh enzim aldehida dehidrogenase (ALDH) diubah menjadi asam asetat.
Asam asetat dioksidasi menjadi CO2 dan H2O. Piruvat,
levulosa (fruktosa), gliseraldehida (metabolit dari levulosa) dan alanina akan
mempercepat metabolisme alkohol.
Sebenarnya di dalam tubuh ditemukan juga mekanisme pemecahan alkohol yang lain, yaitu hydrogen peroksida katalase dan sistem oksidasi etanol mikrosomal, namun kurang berperan. Kadar alkohol darah kemudian akan menurun dengan kecepatan yang sangat bervariasi (12-20 mg% per jam), biasanya penurunan kadar tersebut dianggap rata-rata 15 mg% atau 14 mg% setiap jam. Pada alkohol kronik, yang telah dipercepat metabolismenya, eliminasi alkohol dapat mencapai 40 mg% per jam.
Sebenarnya di dalam tubuh ditemukan juga mekanisme pemecahan alkohol yang lain, yaitu hydrogen peroksida katalase dan sistem oksidasi etanol mikrosomal, namun kurang berperan. Kadar alkohol darah kemudian akan menurun dengan kecepatan yang sangat bervariasi (12-20 mg% per jam), biasanya penurunan kadar tersebut dianggap rata-rata 15 mg% atau 14 mg% setiap jam. Pada alkohol kronik, yang telah dipercepat metabolismenya, eliminasi alkohol dapat mencapai 40 mg% per jam.
Hepatosit memiliki tiga jalur metabolisme alkohol, yang
masing-masing terletak pada bagian yang berlainan. Jalur yang pertama adalah
jalur alkohol dehidrogenase (ADH) yang terletak pada sitosol atau bagian cair
dari sel. Dalam keadaan fisiologik, ADH memetabolisir alkohol yang berasal dari
fermentasi dalam saluran cerna dan juga untuk proses dehidrogenase steroid dan
omega oksidasi asam lemak. ADH memecah alkohol menjadi hidrogen dan
asetaldehida, yang selanjutnya akan diuraikan menjadi asetat. Asetat akan
terurai lebih lanjut menjadi H2O dan CO2.Jalur kedua
ialah melalui Microsomal Ethanol Oxydizing System (MEOS) yang terletak dalam
retikulum endoplasma.Dengan pertolongan tiga komponen mikrosom yaitu sitokrom
P-450, reduktase, dan lesitin, alkohol diuraikan menjadi asetaldehida. Jalur
ketiga melalui enzim katalase yang terdapat dalam peroksisom
(peroxysome).Hidrogen yang dihasilkan dari metabolisme alkohol dapat mengubah
keadaan redoks, yang pada pemakaian alkohol yang lama dapat mengecil.Perubahan
ini dapat menimbulkan perubahan metabolisme lemak dan karbohidrat, mungkin
menyebabkan bertambahnya jaringan kolagen dan dalam keadaan tertentu dapat
menghambat sintesa protein.Perubahan redoks menimbulkan perubahan dari piruvat
ke laktat yang menyebabkan terjadinya hiperlaktasidemia. Bila sebelumnya sudah
terdapat kadar laktat yang tinggi karena sebab lain, bisa terjadi
hiperurikemia. Serangan kejang pada delirium tremens juga meningkatkan kadar
asam urat dalam darah. Pada pasien gout, alkohol dapat meningkatkan produksi
asam urat sehingga kadarnya dalam darah makin meningkat. Meningkatnya rasio
NADH/NAD akan meningkatkan pula konsentrasi alfa gliserofosfat yang akan
meningkatkan akumulasi trigliserida dengan menangkap asam lemak dalam hepar.
(NAD= Nicotinamide Adenine Dinucleotide; NADH = reduced NAD.) lemak dalam hepar
berasal dari tiga sumber: dari makanan, dari jaringan lemak yang diangkut ke
hepar sebagai Free Fatty Acid (FFA), dan dari hasil sintesis oleh hepar
sendiri. Oksidasi alkohol dalam hepar menyebabkan berkurangnya oksidasi lemak
dan meningkatnya lipogenesis dalam hepar.
Alkohol yang dikonsumsi 10% akan
dikeluarkan dalam bentuk utuh melalui urin, keringat dan udara napas. Dari
jumlah ini sebagian besar dikeluarkan melalui urin (90%).
D.
Karakteristik Toksisitas Alkohol, Glikol, dan Aldehid
1. Alkohol
- intoksikasi ringan-sedang: inkoordinasi ringan
ataksia, nistagmus, gangguan dalam mengambil keputusan dan gerak reflex.
Berkurangnya inhibisi social, menimbulkan keributan atau kelakuan agresif.
Dapat terjadi hipoglikemia.
- intoksikasi dalam: koma, depresi pernapasan dan
aspirasi pneumonia dapt terjadi. Pupil biasanya kecildan sering terjadi
penurunan dari temperature, tekanan darah dan nadi. Rabdomiolisis dapa terjadi
akibat dari imobilisai yang lama pada alas yang keras.
2. Aldehid
- gangguan penglihatan seperti berkurangnya
ketajaman fisual, fotofobia dan pandangan kabur merupakan gejala yang paling sering
dijumpai intoksikasi alkohol. Pemeriksaan fundoskopi menunjukan hiperemis disk
optic, venous engorgement, atau
papilledema.
- Nyeri abdomen
- Abnormalitus neurolmagis: bingung, stupor dan
koma. Disfungsi neurolgisberat ditemukan pada pasien dengan asidosis metabolik
berat.
- Nekrosis putaminal, ditandai dengan adanya
rigiditas, tremor, masked face, dan monotonus speech. Hal ini berhubungan
berkurangnya aliran ke otak dan/atau akumulasi formicacid pada putamen.
- Asidemia (terutama pH ≤ 7,2) menunjukan gejala pernafasan kussmaul,
gangguan fungsi jantung dan hipotensi.
3. Glikol
- Tanda dan gejala etilen glikol terdiri dari 3
tahap : abnormalitas neurologis (tahap SSP) yang terjadi 30 menit-12 jam
setelah meminum etilen glikol, tahap kardiopulmonal yang terjadi 12-24 jam,
tahap ketiga terjadi 24-72 jam setelah meminum.
- Tanda dan gejala metabolic asidosis: pernafasan
kussmaul, presdiposisi menjadi penyakit jantung kongestif atau hipotensi sering
ditemukan pada semua tahap dan biasanya terlihat pada pasien dengan pH darah
< 7,1-7,2.
- Dalam 3-4 jam pertama setelah terminum, pasien
terlihat intoksikasi sama seperti etanol. Osmolar gap meningkat tetapi tidak
dijumpai asidosis. Gastritis dengan muntah dapat terjadi.
E.
Manajemen Terapi Toksisitas Alkohol, Glikol, dan Aldehid
1. Alkohol
Hal terpenting pada
pengobatan intoksikasi akut alkohol ialah mencegah terjadinya depresi
pernapasan yang berat dan teraspirasinya muntahan. Bahkan dengan kadar alkohol
darah yang sangat tinggi, pasien masih mungkin hidup asalkan sistem pernapasan
dan kardiovaskuler dapat di tunjang. Kadar rata-rata alkohol darah pada kasus
yang fatal ialah di atas 400mg.
Hipoglikemik dan ketosis diatasi dengan pemberian glukosa. Pasien alkoholik yang mengalami dehidrasi dan muntah-muntah harus diberikan larutan elektrolit.Bila muntah-muntah berat, sejumlah besar kalsium mungkin dibutuhkan asal fungsi ginjal normal. Perlu diperhatikan adanya penurunan kadar fosfat, yang dapat diperburuk dengan pemberian glukosa. Rendahnya persediaan fosfat dapat memperburuk penyembuhan luka, kelainan neurologik dan meningkatnya risiko infeksi. Penanganan ketergantungan alkohol biasanya dilakukan dengan terapi psikososial, ditambah dengan pemberian obat sebagai penunjang keberhasilan terapi.Obat yang digunakan ialah disulfiram dan naltrekson.
Hipoglikemik dan ketosis diatasi dengan pemberian glukosa. Pasien alkoholik yang mengalami dehidrasi dan muntah-muntah harus diberikan larutan elektrolit.Bila muntah-muntah berat, sejumlah besar kalsium mungkin dibutuhkan asal fungsi ginjal normal. Perlu diperhatikan adanya penurunan kadar fosfat, yang dapat diperburuk dengan pemberian glukosa. Rendahnya persediaan fosfat dapat memperburuk penyembuhan luka, kelainan neurologik dan meningkatnya risiko infeksi. Penanganan ketergantungan alkohol biasanya dilakukan dengan terapi psikososial, ditambah dengan pemberian obat sebagai penunjang keberhasilan terapi.Obat yang digunakan ialah disulfiram dan naltrekson.
2. Glikol
a. Penatalaksanaan Emergensi dan
Suportif
-
Pertahankan jalan nafas dengan bantuan ventilasi apabila dibutuhkan. Berikan
oksigen yang cukup.
- Atasi
koma, kejang, aritmia jantung, dan asidosis metabolic apabila terjadi.
Observasi pasien beberapa jam untuk memonitor berkembangnya menjadi asidosis
metabolik, terutama bila simtomatis atau diketahui meminum bersamaan dengan
etanol.
b. Obat spesifik dan antidotum
-
Pemberian etanol. Untuk mensaturasi enzim alcohol dehydrogenase dan mencegah
metabolism dari etilen glikol menjadi metabolit toksik. Indikasi untuk terapi
etanol adalah : kadar etilen glikol > 20 mg/dL, riwayat terminum etilen glikol
yang disertai dengan osmolal gap > 5 mOsm/L, tidak ada laporan oleh etanol
atau produk alkohol lainnya.
F.
Studi Kasus
Kasus keracunan metanol
di Amerika sangat jarang ditemukan, yaitu 1% dari total kasus keracunan. Di
Inggris dan Norwegia juga merupakan kasus yang sangat jarang dijumpai. Kasus
keracunan metanol yang terjadi selamabulan Juni 2009 sampai bulan Mei 2010 di
RSUP Sanglah sebanyak 76 kasus atau 18% dari total kasus keracunan di RSUP
Sanglah, sebanyak 39 kasus diantaranya meninggal.
Keracunan metanol
disebabkan karena oksidasi metanol oleh enzim dehidrogenase alkohol menjadi
formaldehid, dan selanjutnya dimetabolisme menjadi asam format oleh
dehidrogenase formaldehid. Asam format merupakan metabolit toksik yang berperan
pada terjadinya gangguan tajam penglihatan, asidosis metabolik, kebutaan dan
kematian pada penderita keracunan metanol. Gejala awal keracunan metanol adalah
gangguan pada tajam penglihatan. Gangguan tajam penglihatan umumnya terjadi
dalam 18 sampai 24 jam setelah minum/ terpapar metanol. Dampak keracunan
metanol pada setiap orang sangat bervariasi, dengan minimum lethal dose antara
300 sampai 1000 mg/kgbb. Dosis minimum yang mengakibatkan kebutaanbelum
diketahui, namun pernah dilaporkan kebutaan terjadi setelah minum metanol
sedikitnya 4 ml.
Pada penelitian
Ravichandran et al di Bombay didapatkan penderita keracunan metanol sebagian
besar berusia 30–40 tahun. Penelitian Brent di Inggris menunjukkan umur
penderita keracunan metanol rata-rata berusia 40 tahun. Rerata umur penderita
keracunan metanol pada penelitian ini lebih muda, yaitu 28,8 ± 8,7 tahun. Hal
ini kemungkinan disebabkan karena lebih banyaknya tingkat pengangguran,
pengaruh lingkungan atau hanya sekedar ingin coba-coba. Adanya faktor
psikologis bahwa alkohol dapat mengatasi keadaan cemas, gelisah, ketegangan,
merasa kuat dan percaya diri, serta merasa mampu mengatasi stress kehidupan
sehari-hari, kemungkinan merupakan salah satu penyebabnya.
Penatalaksanaan
keracunan metanol antara lain dengan hemodialisis dan metilprednisolon 1000
mg/hr selama 3 hari berturut-turut dan dilanjutkan dengan prednison 1 mg/kgbb/
hari selama 11 hari selanjutnya dosis diturunkan sesuai kondisi klinis. Tujuan
hemodialisis adalah menghilangkan kadar metanol dari tubuh penderita dan untuk
mengeliminasi asam format. Hemodialisis dilakukan bila kadar metanol dalam
darah lebih dari 50 mg/dL atau bila pH darah kurang dari 7,35. Pemberian
metilprednisolon dan prednison bertujuan untuk mengurangi edema papil saraf optik
yang terjadi pada fase akut sehingga diharapkan mencegah terjadinya kebutaan.
CALIFORNIA – David
Hasselhoff ditemukan pingsan di rumahnya di Encino, California. Dia langsung
dilarikan ke rumah sakit.David keracunan alkohol. David pertama kali ditemukan
tak sadarkan diri di lantai rumah. Setelah diperiksa dokter, dokter mendiagnosa
David keracunan alkohol.Level alkohol yang ditemukan di dalam darahnya adalah
39. Padahal, batas alkohol di California hanya 0,8. David nyaris tak bernapas.
Ini merupakan kali ketujuh David dilarikan ke rumah sakit gara-gara
alkohol.Bahkan, ada juga yang menyebutkan sudah 10 kali David nyaris tewas
karena kebanyakan menenggak minuman keras.
CIANJUR – Setelah
mendapat penanganan medis, nyawa Asep (28) warga Kampung Cipadang Kalapa, Desa
Cikaroya, Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur tidak tertolong. Korban
yang masuk rumah sakit, Selasa (11/5) sekitar pukul 22.30 WIB itu menghembuskan
nafas terakhirnya, Rabu (12/5) sekitar pukul 14.30 WIB.Informasi yang dihimpun
menyebutkan, Asep tiba di RSUD Cianjur dibawa keluarganya, Selasa malam sekitar
pukul 22.30 WIB dengan kondisi kritis.Setelah dilakukan pemeriksaan, diduga
pasien mengalami keracunan alkohol.Sebab korban mengalami muntah-muntah dan
mengalami infeksi lambung.Nyawanya tidak tertolong, korban meninggal Rabu
(12/5) pukul 14.30 WIB.Kemudian jenazahnya langsung dibawa pulang keluarganya
ke daerah Sukanagara sekitar pukul 15.00 WIB.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan yang
dapat diambil dalam makalah ini adalah :
1. Keracunan metanol adalah keracunan akibat
mengkonsumsi metanol yang dapat mengakibatkan gangguan pada papil saraf optik
secara simetris, asidosis metabolik dan bahkan kematian.
2. Etanol bekerja melalui beberapa mekanisme. Etanol
berikatan secara langsung dengan reseptor asam gammaaminobutirat (GABA) pada
susunan saraf pusat dan menyebabkan efek sedative sama seperti benzodiazepine,
dimana mereka berikatan dengan reseptor GABA yang sama. Etanol juga merupakan
antagonis glutamate N-metil-D-aspartat (NMDA) pada susunan saraf pusat. Etanol
mempunyai efek langsung pada otot jantuing, jaringan tiroid dan jaringan
hati.Formaldehid dapat terbentuk dari hasil metabolisme metanol oleh alkohol
dehidrogenase. Selanjutnya oleh aldehid dehidrogenase menjadi formic acid
(formate). Formate dapat menyebabkan kerusakan pada optic disk, dan asidosis
metabolik secara langsung berhubungan dengan konsentrasi formate dalam darah.
Etilen glikol dimetabolisme oleh alkohol dehidrogenase menjadi glikol aldehid,
yang kemudian dimetabolosme menjadi glikolik, glioksilik, dan asam oksalat.
Asam tersebut berhubungan dengan penumpukan asam ;aktat dan bertanggunggung
jawab untuk anion gap asidosis metabolik. Oksalat diendapkan dengan kalsium
untuk membentuk kristal kalsium oksalat yang tidak larut. Kerusakan jaringan
disebabkan oleh diposisi luas dari kristal oksalat dan efek toksik dari glikol
dan asam glioksilik.
3. Alkohol
diabsorpsi dalam jumlah yang sedikit melalui mukosa mulut dan lambung.
Sebagaian besar (80%) diabsorpsi di usus halus dan sisanya diabsorpsi di kolon.
Alkohol yang dikonsumsi 90% akan dimetabolisme oleh tubuh terutama dalam hati
oleh enzim alkoholdehidrogenase (ADH) dan koenzim
nikotinamid-adenin-dinukleotida (NAD) menjadi asetaldehid dan kemudian oleh
enzim aldehida dehidrogenase (ALDH) diubah menjadi asam asetat.Alkohol yang
dikonsumsi 10% akan dikeluarkan dalam bentuk utuh melalui urin, keringat dan
udara napas. Dari jumlah ini sebagian besar dikeluarkan melalui urin (90%).
B.
Saran
Makalah
ini masih terdapat banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun untuk tercapainya suatu kesempurnaan sesuai
dengan kaidah-kaidah penulisan makalah.
No comments:
Post a Comment